Infeksi Covid-19 Melonjak Signifikan, Jepang Kembali Lockdown

Happy Fajrian
7 Januari 2021, 16:33
jepang lockdown, covid-19, virus corona
ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/foc/cf
Seorang perempuan memakai masker pelindung berjalan di sebuah kuil di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Tokyo, Jepang, Rabu (15/7/2020).

Jepang akan kembali menetapkan keadaan darurat nasional seiring dengan melonjaknya kasus infeksi Covid-19. Pada Rabu (6/1) otoritas Jepang melaporkan lebih dari 6 ribu kasus baru infeksi virus corona, dengan 1.591 kasus ditemukan di Tokyo.

Penetapan keadaan darurat nasional akan diumumkan Perdana Menteri Yoshihide Suga pada Kamis (7/1) malam waktu setempat. Pengumuman tersebut akan menandakan dimulainya lockdown yang berlaku selama sebulan ke depan, mulai tengah malam nanti hingga 7 Februari 2021.

Ini merupakan lockdown yang kedua kalinya di Jepang sejak wabah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global pada Maret 2020. Adapun lockdown sebelumnya berlaku pada April 2020 juga berlangsung selama satu bulan.

Perdana Menteri Suga mengatakan bahwa lockdown kali ini akan lebih terbatas dan terkonsentrasi. Namun banyak pihak yang mempertanyakan kebijakan ini lantaran perkembangan vaksin yang positif namun Jepang relatif tertinggal dibandingkan negara lainnya dalam memulai vaksinasi.

Nikkei Asia melaporkan, bahwa rincian rencana keadaan darurat Jepang pemerintahan Suga masih samar. Namun lockdown kali diperkirakan lebih terbatas, untuk meminimalkan dampak ekonomi. Ini berbeda dengan lockdown sebelumnya yang mencakup pembatasan pada berbagai sektor bisnis dan ekonomi.

Adapun fokus kebijakan lockdown kali ini menyasar pada restoran dan bar, sedangkan sekolah tetap diizinkan buka. Jam malam akan diberlakukan mulai pukul 20.00. Setelah jam tersebut masyarakat disarankan, tidak diharuskan, untuk tidak keluar rumah.

Yoshihide Suga
PM Jepang Yoshihide Suga akan mengumumkan keadaan darurat Jepang pada Kamis (7/1) malam. (Instagram/@suga.yoshihide)

Restoran dan bar menjadi fokus lockdown karena para ahli di Jepang menduga penyebaran virus corona paling besar berasal dari tempat makan dan minum. Mereka mengatakan bahwa warga berusia 20 hingga 50 di Jepang paling berisiko tertular virus dan menyebarkannya di rumah atau tempat kerja.

Dari 1.591 kasus infeksi baru di Tokyo pada Rabu, didominasi oleh pasien berusia 20-an, yakni sebanyak 439. Inilah yang menjadi dasar pemerintah Jepang untuk mencegah orang pergi ke restoran atau bar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...