Strategi Mendag Lutfi Meredam Harga dan Peliknya Persoalan Kedelai
Awal tahun ini ditandai dengan menghilangnya produk-produk berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe dari pasar. Meski tak lama kemudian kedua bahan pangan tersebut sudah kembali tersedia di pasar, harga bahan pangan tersebut menjadi lebih mahal.
Menteri Perdagangan M. Lutfi mengatakan permasalahan kedelai ini tidak mudah, apalagi 90% kebutuhan kedelai Indonesia berasal dari impor. Dia juga memperkirakan harga kedelai masih akan tinggi sejalan kenaikan permintaan global.
Saat ini harga kedelai di pasar dunia mencapai US$ 13 per bushel atau per rumpun. Ini merupakan level tertinggi harga kedelai selama enam tahun terakhir.
"Yang terjadi sekarang ini adalah tingginya permintaan dunia terhadap kedelai, juga faktor cuaca, la nina, yang mempengaruhi produksi di Brasil, dan juga ada kendala logistik di Argentina," kata M. Lutfi dalam konferensi pers secara virtual, Senin (11/1).
Kendala logistik di Argentina dipicu oleh aksi mogok di sektor distribusi dan juga pelabuhan/logistik. Karena aksi tersebut, logistik cenderung bermasalah sehingga mempengaruhi suplai dan harga kedelai.
Kemudian, tingginya permintaan kedelai dunia didorong oleh Tiongkok yang tengah membangun kembali industri ternak babinya yang hancur diserang wabah flu babi pada 2019-2020. Sehingga kebutuhan kedelai untuk kebutuhan pakan ternak, melonjak.
"Sekarang mereka memulai ternak babi lagi dengan jumlah 470 juta ekor. Ternak babi ini meningkatkan impor kedelai Tiongkok dari AS hampir dua kali lipat, dari 15 juta (ton) menjadi 28 juta (ton). Ini yang menyebabkan harga kedelai tinggi," kata dia.
Meski demikian, dia memastikan saat ini sudah tidak ada gangguan pada suplai kedelai seiring dengan pulihnya produksi kedelai di Brasil. Bahkan, produksi kedelai Brasil tahun ini diprediksi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Satu-satunya kendala adalah harga kedelai yang masih akan terus naik, setidaknya hingga akhir Mei 2021. "Mudah-mudahan (harganya) mulai membaik di bulan Juni,” kata Lutfi.
Berikut adalah databoks perkembangan impor kedelai Indonesia:
Strategi Kemendag Jaga Harga
Pemerintah menjamin bahwa pasokan kedelai di dalam negeri cukup untuk tiga hingga empat bulan ke depan, meskipun harganya masih akan tinggi. Lutfi mengatakan bahwa harga kedelai murni ditentukan oleh mekanisme pasar, bukan diatur oleh pemerintah.
Ini karena 90% kebutuhan kedelai dipenuhi melalui impor. Sehingga Mendag meminta agar masyarakat memaklumi kenaikan harga tersebut. Yang pemerintah bisa lakukan saat ini yaitu memastikan pasokannya tercukupi, sehingga perajin tetap memproduksi tahu tempe, dan kondisi di dalam negeri tetap kondusif.
"Dengan harga di gudang importir sekitar Rp 8.500 per kg, maka harga yang terbentuk di masyarakat berkisar Rp 15.000 per kg. Karena itu, pemerintah memiliki tugas penting untuk menjembatani importir, perajin dan pedagang," kata dia.
Oleh karena itu setiap akhir bulan Kemendag akan menghitung harga wajar produk kedelai, dan menginformasikan harga tersebut kepada masyarakat. Ketika terjadi kenaikan harga, masyarakat akan mengetahui dan diharapkan bisa mengerti.
"Kalau misalnya bulan depan harga kedelai naik Rp 100, tahu dan tempe harganya juga naik tidak lebih dari itu. Ini namanya burden sharing. Jadi importirnya memastikan barang tetap ada, perajin akan tetap produksi, dan saya akan menginformasikan kepada pasar bahwa harganya tinggi," kata Lutfi.
Namun ketika harga kedelai sudah kembali normal, yakni di bawah Rp 8.000 per kg, Lutfi mengakatakan bahwa pemerintah akan mempersilakan kembali pasar menentukan harga melalui mekanisme supply dan demand.
Kebijakan Menjaga Pasokan
Untuk menjaga pasokan, terutama menjelang bulan Ramadan, Lutfi mengatakan bahwa Kemendag telah mengeluarkan kebijakan khusus untuk memastikan barang pokok tetap tersedia. Dia juga memastikan tata kelola impor maupun pengadaan barang akan dilakukan secara transparan dan terbuka.
Dengan demikian, jika nantinya ada kenaikan harga, itu disebabkan oleh harga pasar global yang berdampak pada komoditas di dalam negeri.
Senada, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra memastikan ketersediaan stok pangan. Syailendra menyatakan, untuk bulan ini setidaknya tersedia 250.000 ton kedelai impor.
“Setiap bulan akan ada 250.000 ton kedelai yang masuk. Kami menyiapkan agar stok tetap tersedia, sehingga pengrajin bisa terus berproduksi,” kata Syailendra.
Ke depan, untuk mengantisipasi lonjakan harga, dia mengaku Kemendag telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan), Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakaoptindo) juga asosiasi kedelai.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyarankan untuk menyediakan lahan 1 juta hektare guna ditanami kedelai. Pasalnya, produksi dalam jumlah sedikit tidak memberi dampak signifikan pada komoditas yang masih diimpor. Padahal, kedelai dapat tumbuh di Indonesia.
Ia pun menyoroti, petani dalam negeri enggan menanam kedelai lantaran harganya kalah saing dengan pasar impor. Karena itu, ia meminta ada lahan khusus untuk ditanami komoditas pertanian yang masih diimpor.