Pengusaha Makanan dan Tekstil Harapkan Stimulus dari RPP Perindustrian

Image title
21 Januari 2021, 12:35
rpp perindustrian, tekstil, pengusaha makanan, revitalisasi industri
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Industri tekstil. Pemerintah tengah menyiapkan RPP Perindustrian untuk mendorong revitalisasi sektor industri nasional yang terdampak pandemi Covid-19.

Sektor manufaktur kian terdampak sejak pandemi Covid-19. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah mengambil kebijakan melalui Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sektor perdagangan dan perindustrian. RPP ini merupakan turunan Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) yang diharapkan bisa merevitalisasi industri.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraadmaja menyatakan, pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) meminta kebijakan pengendalian, serta pengawasan terhadap impor bahan baku maupun bahan penolong industri.

Advertisement

Menurut dia, kebijakan yang tepat untuk industri TPT, diantaranya mampu mendongkrak konsumsi produk TPT dalam negeri di pasar domestik. “API juga memohon perbaikan mekanisme impor yang dilakukan oleh importir,” ujar Jemmy dalam CORE Media Discussion, Rabu (20/1).

Industri TPT sangat bergantung pada konsumsi masyarakat. Sehingga digerakkan oleh tingkat konsumsi masyarakat. Sehingga, konsumsi produk dalam negeri perlu ditingkatkan guna mendongkrak kinerja TPT.

Di samping itu, pemerintah hendaknya menyamakan playing field, melalui pemberian fasilitas dan insentif bagi TPT. Jemmy menilai, industri ini merupakan salah satu industri prioritas.

Ia pun menyoroti, Indonesia perlu melakukan benchmarking kebijakan dengan negara lain. Sehingga, industri TPT dalam negeri bisa mendapat fasilitas serupa. “Kita bisa berkaca pada beberapa negara seperti Tiongkok. Mereka memberi diskon listrik untuk jam malam, serta rebate pajak ekspor 8 - 16%,” kata dia.

Selanjutnya, Jemmy pun menyoroti posisi Tiongkok, India, Pakistan dan Nigeria yang kuat dalam memproduksi sekaligus mempertahankan industri tekstil. Ini merupakan ancaman bagi Indonesia, jika hendak melakukan perjanjian dagang.

“Ekspor Bangladesh ke seluruh dunia US$ 42 miliar. Sedangkan Indonesia hanya kisaran US$ 8 miliar. Saya sangat keberatan kalau HSPT garmen diikutsertakan dalam perjanjian dagang. Bisa dibayangkan produk mereka membanjiri pasar Indonesia yang berjumlah 270 juta,” kata dia.

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement