Prospek Harga CPO 2021 Masih Seksi, Meski Sempat Merosot di Awal Tahun

Image title
22 Januari 2021, 17:37
harga cpo, harga minyak kelapa sawit mentah
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.
Pekerja menimbang berat Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit di salah satu tempat penampungan Desa Tumpok Ladang, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Rabu (16/12/2020).

Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada awal tahun ini terus merosot. Dikutip dari Bursa Malaysia harga berjangka CPO turun dari level tertingginya RM 3.877 per ton pada 6 Januari menjadi RM 3.284 pada Kamis, 21 Januari 2021.

Direktur riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah menyatakan, dalam beberapa bulan terakhir, harga CPO sempat mendekati harga tertinggi, yakni RM 4.000 per ton. "Koreksi yang terjadi beberapa hari ini merupakan kewajaran akibat overbought. Harga kelapa sawit masih berpotensi naik ke level RM 3.600 per ton," kata Piter kepada Katadata.co.id, Jumat (22/1).

Proyeksi ini didasari oleh penurunan panen akibat perubahan iklim yang melanda kawasan tropis pasifik. “La Nina seringkali diiringi dengan bencana banjir dan tanah longsor, sehingga mengganggu produksi panen sawit,” ujarnnya.

Harga kelapa sawit turut dipengaruhi oleh dampak pandemi Covid-19 yang menurunkan aktivitas perusahaan produsen CPO, serta pengaruh dari kenaikan harga komoditas penggantinya, yakni kedelai. Oleh karena itu dia meyakini harga CPO masih berpotensi untuk tetap tinggi.

Dihubungi secara terpisah, Ketua DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung menyebutkan, secara angka memang harga sawit melemah tipis. Namun penurunan ini tidak berdampak signfiikan terhadap industri sawit.

Bahkan, dia memproyeksi tren harga CPO ke depan cenderung meningkat. Kampanye negatif seperti anti sawit, tidak mempengaruhi bisnis ini. “Penurunan harga CPO murni pengaruh bisnis. Tidak ada hubungannya dengan kampanya negatif,” kata Gulat.

Dia menekankan, kampanye negatif anti sawit sudah berlangsung sejak tahun lalu. Namun, permintaan dari negara-negara pengkampanye anti sawit, seperti Uni Eropa, justru mengalami peningkatan.

Menurutnya, kegagalan Eropa dalam menekan harga CPO tidak terlepas dari strategi pemerintah dengan meningkatkan konsumsi CPO dalam negeri melalu B30. “Turunnya harga CPO pada awal tahun ini justru wajar. Fenomena ini biasa terjadi di awal tahun, justru harga CPO akan semakin seksi,” ujarnya.

Gulat pun memprediksi harga CPO tahun ini masih akan terus naik. Sebab, kelapa sawit merupakan tanaman sehingga tidak ada kendala berarti pada produksinya. Apalagi tanaman sawit peremajaan pada 2017 dan 2018 lalu, akan masuk masa panen.

Adapun produktivitasnya meningkat menjadi 2,5 – 3,2 ton per hektare (Ha) per bulan, dengan rendemen 26%. Dibandingkan sebelumnya, produktivitasnya hanya 1,2 ton per Ha per bulan dengan rendemen 18 - 20%.

Senada, Deputi Direktur Sawit Watch Achmad Surambo memprediksi harga CPO akan mengalami kenaikan. Pasalnya, harga yang turun tidak signifikan, sehingga berpotensi mengalami kenaikan.

Hanya saja, sambung Achmad, jika pandemi Covid-19 dapat ditanggulangi, serta konsumsi negara lain bisa normal, kemungkinan harga CPO dapat naik signifikan.

“Saat ini, turunnya harga CPO belum menjadi isu besar. Artinya, penurunan masih dalam batas wajar. Jika petani melakukan demo, pasti harga CPO terlalu rendah. Tapi kan sekarang belum,” kata Achmad.

Reporter: Annisa Rizky Fadila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...