DPR Minta Kemendag Tak Buru-buru Impor 1 Juta Ton Beras, Mengapa?

Happy Fajrian
17 Maret 2021, 16:26
DPR Minta Kemendag Tak Buru-buru Impor 1 Juta Ton Beras di Musim Panen
ANTARA FOTO/Feny Selly/foc.
Sejumlah petani memilah gabah hasil panen di kawasan persawahan Desa Durian Kelurahan Veteran Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatra Selatan, Jumat (19/2/2021). Pada 2020 produksi beras Sumsel mencapai 1,8 juta ton.

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Achmad Baidowi mempertanyakan urgensi pemerintah melakukan impor beras. Apalagi Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan bahwa produksi beras nasional akan surplus 12,56 juta ton hingga akhir Mei 2021 karena musim panen raya.

Sementara itu data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 54,65 juta ton atau setara dengan 31,33 juta ton beras. Angka ini naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 54,6 juta ton GKG yang setara dengan 31,31 juta ton beras.

Advertisement

Sedangkan potensi produksi periode Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84% dibandingkan periode yang sama 2020 sebesar 11,46 juta ton.

“Jika produksi beras nasional surplus, apa urgensi impor beras? Apa kebutuhan mendesaknya? Berapa kebutuhan beras nasional kita sehingga pemerintah malah memilih mengimpor beras?,” tanya Achmad Baidowi melalui keterangan tertulisnya, Rabu (17/3).

Untuk itu, dia meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan data-data tersebut secara transparan. Karena menurutnya publik harus tahu data yang valid tentang ketersediaan dan pasokan beras dari petani, serta kebutuhan beras dalam negeri.

“Kemendag jangan buru-buru mengeluarkan izin impor beras. Data komoditas pangan kita masih semrawut, sehingga impor yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada,” kata dia.

Untuk mengatasi karut marut data pangan, Baidowi menilai pemerintah harus membuat data tunggal tentang ketersediaan pangan dan pasokan dari petani dalam negeri.

Tidak hanya produksi beras yang melimpah, Perum Bulog juga tercatat masih memiliki stok beras impor dari pengadaan pada 2018 lalu. Dari total pengadaan 1.785.450 ton beras, masih tersisa 275.811 ton beras yang belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton merupakan beras turun mutu.

“Beras impor tahun 2018 saja masih banyak dan terancam mengalami penurunan mutu akibat tidak diserap," ujarnya. "Ke depan, pola ini jangan dibiarkan. Serap dulu stok yang ada, karena kalau mengalami penurunan mutu maka tak layak konsumsi sehingga negara rugi.” 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement