Kemendag Paparkan Lima Ancaman Perdagangan dan Ekonomi Dunia di 2021

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan lima hal yang dapat menjadi ancaman terhadap perdagangan dan pemulihan ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Pertama adalah pandemi Covid-19. Hal ini terkait dengan proses vaksinasi yang sudah berjalan. Menurut Mendag Covid-19 masih menjadi ancaman jika kalau program vaksinasi gagal dijalankan.
Namun jika vaksinasi berhasil, dampaknya akan positif terhadap perdagangan luar negeri, dan perekonomian. Seperti Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama Indonesia yang sudah berhasil memvaksinasi 4,5% dari populasinya.
“Ekspor kita ke Tiongkok hampir 20%, saya rasa perkembangan ini bagus untuk demand produksi-produksi Indonesia baik itu bahan industri maupun industri berteknologi tinggi,” kata Lutfi dalam konferensi pers virtual Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jumat (19/3).
Sementara Amerika Serikat (AS) yang mempunyai share tahun 2020 sebesar 11,4% dari total ekspor Indonesia, sudah memvaksinasi 100 juta orang. Negeri Paman Sam diproyeksikan bisa memvaksinasi seluruh populasi dewasa pada Mei 2021. Dengan demikian perekonomian diperkirakan dapat segera pulih dan tumbuh 5,1% tahun ini.
Diantara 20 mitra dagang utama Indonesia, ada beberapa negara yang tidak memiliki vaksin secara kompherensif yaitu Vietnam dan Thailand yang masih kurang dari 0,1% dari populasi.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 2,7% untuk Thailand karena masih sulitnya vaksinasi dan Vietnam memiliki projeksi pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 6,7% karena berhasil dengan kebijakan pembatasan sosial-nya," kata Lutfi .
Sementara ada negara Asia lainnya yang progress vaksinasinya berjalan lambat, seperti Bangladesh yang sampai hari ini baru sekitar 2,7% dari populasi. Pertumbuhan ekonomi Bangladesh tahun ini diperkirakan 4,4%.
"Begitu juga dengan Pakistan yang vaksinasinya kurang dari 0,1% dan pertumbuhan ekonominya hanya 1,5%, tentu ini merupakan tantangan juga bagi Indoneisa,” kata Lutfi .
Tren yang kedua adalah krisis mata pencaharian, pertumbuhan lapangan pekerjaan pada kuartal ke-3 tahun 2020 ada 220 juta orang yang tidak bekerja. Untuk industri akomodasi dan restoran turun hampir 13,6%, jasa-jasa lainnya turun 6,3% dan perdagangan ritel turun 2,4%.
Ketiga, kegagalan keamanan cyber juga akan menjadi sangat penting di tahun 2021. Penyerangan yang semakin canggih dapat mengakali sistem keamanan digital yang bisa memicu kerugian finansial yang besar dan ketidakstabilan sosial. “Kerugian rata-rata lembaga keuangan hampir 100 miliar per tahunnya,” katanya.
Keempat, cuaca ekstrem turut menjadi tantangan di tahun 2021, rekor badai di Amerika Serikat pada tahun 2020 menjadi puncaknya, dan diprediksikan tidak akan menurun tahun ini. Serta terakhir, kesenjangan digital juga merupakan salah satu yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.
"Sebanyak 50% penduduk dunia sudah terjaring oleh digital termasuk perekonomiannya, sedangkan 50% lainnya belum bisa mengakses internet. Ini akan menghimpit pertumbuhan untuk perdagangan dunia di tahun 2021,” kata Lutfi .