Mendag M. Lutfi Pastikan Tidak Impor Beras Jika Serapan Bulog Baik

Happy Fajrian
19 Maret 2021, 18:28
impor beras, muhammad luthfi, kementerian perdagangan
ANTARA FOTO/Ismar Patrizki/mes/wsj.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.

Menteri Perdagangan Muhammad lutfi menjelaskan polemik seputar rencana impor beras pemerintah sebesar satu juta ton tahun ini. Dia memastikan bahwa impor tidak akan dilakukan jika hasil produksi petani di masa panen raya tahun ini dapat diserap dengan baik oleh Bulog untuk memenuhi iron stock-nya.

Menurutnya, tidak pernah ada perbedaan pada data yang dimiliki Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Pertanian (Kementan) atau Perum Bulog.

“Saya jamin tidak ada impor beras ketika panen raya, dan hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani karena memang belum dilakukan impor,” ujar Mendag lutfi saat konferensi pers virtual, Jumat (19/3).

Dia menjelaskan bahwa rencana impor satu juta ton beras merupakan mekanisme yang disiapkan pemerintah untuk menjaga kebutuhan iron stock Bulog sebesar 1 – 1,5 juta ton beras. Bulog akan memenuhinya secara lokal dengan menyerap hasil panen petani atau melalui impor.

Menurut lutfi, dia lah yang meminta kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk menggelar rapat koordinasi terbatas (rakortas) untuk membicarakan masalah iron stock Bulog.

Meski demikian dalam rapat tersebut pihaknya tidak pernah menyebutkan bahwa saat ini stok beras berlebih atau kurang. “Kami hanya bilang Bulog mesti mempunyai iron stock 1,5 juta. Ini common knowledge yang kami punya bertahun-tahun,” ujarnya.

Menurut perhitungan Kementerian Perdagangan (Kemendag), stok akhir yang akan dimiliki Bulog kurang dari 1 juta ton beras, sementara Bulog memiliki tugas operasi pasar sekitar 80 ribu ton per bulan atau sekitar 1 juta ton per tahun. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan rencana impor 1 juta ton.

Dia pun menjelaskan perhitungannya. Stok beras yang tersedia di gudang Bulog saat ini sekitar 800 ribu ton. Dari jumlah tersebut 300 ribu ton di antaranya merupakan sisa impor 2018 yang sudah mengalami penurunan mutu sehingga tidak layak dikonsumsi.

“Menurut perhitungan saya stok akhir yang dimiliki Bulog itu mungkin kurang dari 500 ribu ton. Ini adalah stok paling rendah dalam sejarah Bulog. Kalau pengadaan Bulog pada musim panen ini berjalan baik, kita tidak akan impor, asal iron stock-nya tidak kurang dari 1 juta ton,” kata lutfi.

Masalahnya, penyerapan gabah petani oleh Bulog selama musim panen tahun ini rendah, yakni hanya sekitar 85 ribu ton sampai dengan pertengahan Maret. Menurut lutfi, Bulog seharusnya sudah menyerap hasil panen petani mendekati 450 ribu ton.

Rendahnya serapan Bulog ini, lanjut lutfi, lantaran dinamika yang terjadi di lapangan yang sedang dalam musim penghujan yang membuat gabah petani basah. Sedangkan Bulog hanya bisa membeli gabah petani dengan tingkat kekeringan tertentu.

“Yang terjadi sekaran hujan tidak berhenti, gabah petani basah. Secara aturan Bulog tidak bisa menyerap gabah basah tersebut. Karena tidak dibeli, jadi tidak bisa digiling secara langsung, gabahnya rusak. Petani terpaksa jual banting harga,” kata dia.

Seperti diketahui, rencana pemerintah untuk mengimpor beras mendapat penolakan dari berbagai pihak lantaran dilakukan saat musim panen raya. Komisi IV DPR pun menolak rencana ini karena karena dinilai tidak berpihak kepada petani Indonesia.

Hal itu dikarenakan rencana kebijakan impor beras dilakukan di saat produksi padi dalam negeri tengah memasuki masa panen raya dengan potensi produksi yang meningkat.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa saat ini stok beras yang tersedia di gudang Bulog mencapai 883.585 ton dengan rincian 859.877 ton merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP), dan 23.708 ton stok beras komersial.

Dia menilai stok tersebut cukup untuk kebutuhan penjualan, program KPSA, dan tanggap darurat bencana sesuai dengan kebutuhan Perum Bulog.

Sedangkan data Kementan menyebutkan bahwa produksi beras nasional akan surplus 12,56 juta ton hingga akhir Mei 2021 karena musim panen raya. Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 54,65 juta ton atau setara dengan 31,33 juta ton beras.

Angka ini naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 54,6 juta ton GKG yang setara dengan 31,31 juta ton beras. Sedangkan potensi produksi periode Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84% dibandingkan periode yang sama 2020 sebesar 11,46 juta ton.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...