Macet di Terusan Suez Ganggu Arus Perdagangan Dunia Rp 40 T per Hari

Happy Fajrian
29 Maret 2021, 16:47
Kapal Peti Kemas MV Ever Given milik Jepang yang terdampar secara diagonal di Terusan Suez, menghambat lalu lintas perdagangan dunia.
Satellite image ©2021 Maxar Tech - AFP.
Kapal Peti Kemas MV Ever Given milik Jepang yang terdampar secara diagonal di Terusan Suez, menghambat lalu lintas perdagangan dunia.

Lalu lintas perdagangan dunia yang melalui terusan Suez terhambat setelah kapal peti kemas super besar MV Ever Given milik Jepang terdampar secara diagonal di badan kanal sejak Selasa (23/3). Kapal sepanjang 400 meter yang membawa 20 ribu peti kemas tersebut memblokir salah satu rute terpenting ekspor-impor dunia itu.

Kanal sempit sepanjang 120 mil (193,1 km) yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania memungkinkan kapal-kapal peti kemas besar menavigasi rute tercepat dari Asia ke Eropa. Alih-alih melalui rute yang mengelilingi benua Afrika sejauh 3.500 mil (5.632,7 km).

Advertisement

Sekitar 12% perdagangan global melewati terusan Suez, membawa barang senilai lebih dari US$ 1 triliun (sekitar Rp 14.445 triliun) per tahun. Sekitar 50 kapal yang membawa kargo senilai US$ 3 miliar (Rp 43,3 triliun) hingga US$ 9 miliar (Rp 130 triliun) melalui kanal ini setiap harinya.

“Gangguannya sangat besar,” kata sekretaris jenderal International Chamber of Shipping (ICS), Guy Platten, seperti dikutip dari The Guardian pada Senin (29/3).

Otoritas Terusan Suez (SCA) mengatakan pada hari Minggu (28/3) setidaknya ada 369 kapal sedang menunggu untuk transit di kanal, termasuk puluhan kapal kontainer, kapal curah, kapal tanker minyak dan kapal LNG atau LPG.

Perusahaan perkapalan pun dihadapkan pada keputusan sulit apakah menunggu atau mengambil rute mengelilingi Afrika. Meski demikian, jalur alternatif mengelilingi Afrika berarti tambahan lima hingga 12 hari perjalanan, dengan risiko keamanan tambahan.

"Anda harus membawa pengawal bersenjata untuk transit di Laut Merah agar Anda dapat mengitari Afrika dengan selamat," kata Kapten Stephen Gudgeon yang telah berpengalaman memimpin jalur pelayaran peti kemas internasional dan perusahaan minyak.

Penundaan lebih lama menunggu kapal diselamatkan akan menggangu rantai pasok dan menyebabkan biaya yang meningkat. Ini akan menyebabkan kenaikan harga mulai dari minyak mentah hingga barang kebutuhan pokok.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement