PLN Hanya Sanggup Tawar Pembangkit Listrik Blok Rokan Rp 508 Miliar
PLN telah melakukan perhitungan skala bisnis dalam rangka akuisisi pembangkit listrik Blok Rokan. Perusahaan setrum pelat merah ini memastikan hanya akan menawar pembangkit sesuai dengan perhitungan tersebut yakni di kisaran US$ 30 juta - 35 juta (Rp 436,14 miliar - 508,83 miliar).
Angka tersebut jauh di bawah permintaan Chevron Standard Limited (CSL) senilai US$ 300 juta (Rp 4,36 triliun). CSL menguasai 95% saham PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang merupakan pemilik pembangkit listrik tersebut.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Syahril mengatakan, proses lelang pembangkit yang dilakukan CSL sampai saat ini masih berlangsung. "Kisaran US$ 30 hingga US$ 35 juta, sampai kapan lelang? Menunggu dari JP Morgan sebagai konsultan yang ditunjuk CSL," ujar Bob kepada Katadata.co.id, Senin (19/4).
Bob pun berharap pemerintah dapat mendukung PLN dalam proses akuisisi pembangkit ini. Sama halnya dukungan yang diberikan kepada Pertamina untuk proses pengambilalihan Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia. "Toh CSL masih dalam afiliasi Chevron Pacific Indonesia," kata dia.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyampaikan akuisisi pembangkit di Blok Rokan merupakan proses business to business. Sehingga regulator di sektor hulu ini tidak ingin campur tangan.
"Kita juga tidak tahu rencana detail PLN seperti apa dan MCTN ini lebih ke entitas Chevron lain yang di Amerika, bukan CPI," ujarnya. "Yang pasti, SKK Migas hanya ingin memastikan jika ketersediaan pasokan listrik di Blok Rokan tidak terganggu."
Sebelumnya Bob menilai harga lelang pembangkit listrik oleh Chevron senilai Rp 4,36 triliun tak masuk akal. Pasalnya nilai aset pembangkit yang dibeli 20 tahun silam itu hanya US$ 190 juta atau sekitar Rp 2,76 triliun.
"Ini adalah aset yang akan dijual bukan kesempatan, sehingga harga yang ditawarkan itu gak masuk akal sampai di atas US$ 300 juta," kata Bob dalam webinar bertajuk 'Pengaman Aset Negara dan Keberlanjutan Pasokan Listrik di Blok Rokan', beberapa waktu lalu, Kamis (8/4).
Ia pun meminta agar proses tender dapat dilakukan secara adil. Bob menilai proses tender yang saat ini berlangsung seperti ditutup-tutupi untuk mencari harga tertinggi. "Sengaja ditutupi untuk dapat nilai yang tinggi sebagai bangsa Indonesia ini adalah aset yang sudah dimanfaatkan," ujarnya.