Aktivis Pertanyakan Pendanaan Perbankan ke Industri Batu Bara

Image title
3 Mei 2021, 17:35
Anggota Gerakan Extinction Rebellion Indonesia menggelar aksi dengan mengirim karangan bunga di depan kantor Adaro, Jakarta, Senin (2/5/2021). Aksi tersebut ditujukan kepada sindikasi perbankan pemberi pinjaman dan Adaro sebagai tanda duka cita karena din
ANTARA FOTO/ Reno Esnir/aww.
Anggota Gerakan Extinction Rebellion Indonesia menggelar aksi dengan mengirim karangan bunga di depan kantor Adaro, Jakarta, Senin (2/5/2021). Aksi tersebut ditujukan kepada sindikasi perbankan pemberi pinjaman dan Adaro sebagai tanda duka cita karena dinilai telah memperparah krisis iklim dengan membiayai produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia.

Pembiayaan bank ke industri batu bara kerap menimbulkan pro dan kontra. Beberapa bank telah menyatakan tak akan memberikan pendanaan terhadap proyek batu bara, di antaranya bank Mizuho dan Japan’s Sumitomo Mitsui Financial Group Inc. 

Namun, beberapa bank masih menggulirkan pendanaan baru untuk industri batu bara, seperti yang baru diterima PT Adaro Energy.  Aktivis lingkungan yang tergabung dalam gerakan Extinction Rebellion Indonesia, hari ini, Senin (3/5) merespons hal itu dengan mengirimkan karangan bunga ke kantor Adaro Energy.

Karangan bunga ini sebagai aksi protes dan tanda duka mendalam karena perbankan masih memberikan pembiayaan kepada perusahaan yang bergerak di usaha pertambangan batu bara. Pertambangan batu bara dianggap memiliki andil besar dalam memperparah krisis perubahan iklim.

Salah satu partisipan gerakan ini, Melissa Kowara, mengatakan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi krisis iklim yang serius. Sehingga tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja dalam mengatasi perubahan iklim, melainkan juga lembaga keuangan sebagai pemberi modal.

"Mereka (lembaga keuangan) tidak seharusnya mendanai proyek-proyek yang malah memperburuk krisis iklim dan membawa kita lebih jauh menuju keruntuhan ekologis dan kepunahan massal. There is no financial return on a dead planet,” ujarnya dalam keterangan tertulis Senin (3/5).

Adaro, yang merupakan produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia, baru saja mendapat fasilitas pinjaman senilai US$ 400 juta atau Rp 5,79 triliun (kurs Rp 14.475 per dolar), melalui sindikasi pinjaman sejumlah bank.

Pinjaman berjangka waktu 5 tahun tersebut akan digunakan untuk melakukan pelunasan lebih awal atas seluruh saldo pinjaman terutang yang dimiliki salah satu anak usahanya yakni, Adaro Indonesia, yang merupakan anak usaha Adaro di lini bisnis pertambangan batu bara.

Dalam laporan tahunannya, Adaro menyatakan memiliki cadangan batu bara sebesar 1,1 miliar ton. Jika batu bara tersebut dibakar maka akan menghasilkan emisi sebesar 2.2 GtCO2-e, hampir 1.5 kali total emisi yang dihasilkan Indonesia pada 2018.

Bank-bank yang tergabung dalam sindikasi pembiayaan tersebut mulai bank BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, hingga bank asing seperti CIMB dan Maybank dari Malaysia, UOB (Singapura), Standard Chartered dan HSBC (Inggris).

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...