Faktor Cadangan Nikel jadi Alasan Kementerian ESDM Batasi Smelter

Image title
29 Juni 2021, 17:47
nikel, pembatasan smelter, kementerian esdm
ANTARA FOTO/Jojon/hp.
Foto udara, areal pabrik pengolahan ore nikel milik PT Antam Tbk di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (5/6/2021).

Kementerian ESDM menjelaskan wacana pembatasan pembangunan smelter nikel baru setelah 2024 untuk memastikan keberlanjutan cadangan. Terutama untuk smelter nikel kelas dua yang menghasilkan feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI).

Direktur Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto mengatakan tengah menyusun perhitungan sumber daya dalam industri nikel dari hulu hingga hilir. Hal ini guna memastikan ketersediaan pasokan dan cadangan yang ada dari hulu.

Advertisement

"Agar berkelanjutan. Pengolahan di dalam negeri dimaksimalkan agar impor seminimal mungkin," kata Sugeng kepada Katadata.co.id, Selasa (29/6).

Adapun berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga 2024 sebanyak 53 smelter akan beroperasi, dengan 30 diantaranya merupakan smelter nikel. Rinciannya yaitu 13 smelter nikel yang sudah terbangun dan 17 lainnya masih dalam rencana.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Rizal Kasli menjelaskan bahwa nikel Indonesia berjenis laterit yang sebagian besar terdapat di Pulau Sulawesi dan Maluku Utara. Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan, sumber daya nikel mencapai 11,55 miliar ton, cadangan terbukti 1,08 miliar ton, dan cadangan terkira 3,5 miliar ton.

Nikel laterit terdapat dua jenis, yakni kadar rendah yang disebut limonit, dan kadar tinggi yang disebut saprolit. Merujuk data di Kementerian ESDM, nikel saprolit yang didefinisikan sebagai bijih nikel berkadar di atas 1.7% Ni, jumlah cadangan terbuktinya sebesar 772 juta ton.

Bijih nikel tipe saprolit ini, di Indonesia umumnya diolah dengan teknologi pyrometallurgy atau peleburan, yang sebagian besar produk akhirnya berupa Ferronickel (Feni) dan Nickel Pig Iron (NPI) yang merupakan nikel kelas 2.

"Nah, mengutip data dari Kementerian Perindustrian, saat ini di Indonesia telah beroperasi lebih dari 21 pabrik pengolahan nikel dengan teknologi pirometalurgi yang menghasilkan nikel kelas 2," ujarnya.

Pabrik pengolahan tersebut membutuhkan input bijih nikel saprolit 95,5 juta ton per tahun. Artinya, jika jumlah cadangan nikel saprolit tidak bertambah, maka pabrik pengolahan tersebut akan berhenti beroperasi dalam delapan tahun karena kehabisan bahan baku.

Namun, cadangan terkiranya sebesar 1,57 miliar ton dapat dikonversi menjadi cadangan terbukti. Salah satunya dengan melakukan eksplorasi lanjutan, sehingga dengan memperhitungkan faktor modifikasi sesuai Kode KCMI 2017 dapat menambah neraca cadangan terbukti dan dapat menambah umur pabrik smelter pirometalurgi.

"Itu hitungan secara umum. Namun, secara individu perusahaan tentu saja ketahanan cadangan nikel orenya akan berbeda-beda," katanya. Seperti Vale, Antam dan Weda Bay mempunyai hitungan secara detail masing-masing. Sehingga dapat menjamin pasokan bijih nikelnya untuk jangka waktu yang lama.

Bijih Nikel
Bijih Nikel (PT Antam TBK)

Sebaliknya, nikel tipe limonit yang didefinisikan sebagai nikel kadar rendah dengan kadar di bawah 1,7% Ni, potensinya belum digarap dan dimanfaatkan secara optimal. Nikel tipe limonit ini adalah nikel yang umumnya diolah dengan teknologi hydrometallurgy.

Salah satunya dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL). Hasil pengolahan nikel limonit, dapat menghasilkan produk turunan berupa nikel sulfat dan cobalt sulfat, yang merupakan nikel kelas satu.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement