DPR: RI Butuh Perusahaan Migas Besar untuk Capai Lifting 1 Juta Barel
Pemerintah telah mematok target produksi minyak siap jual atau lifting migas dalam RAPBN 2022 sebesar 703 ribu barel per hari (bph). Target tersebut lebih rendah dari yang ditetapkan dalam APBN tahun ini yakni 705 ribu bph.
Padahal Indonesia memiliki target lifting minyak satu juta bph pada 2030. Ini menjadi pekerjaan yang cukup berat untuk direalisasikan jika pemerintah malah menurunkan target lifting minyak tahunan.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno mengatakan lifting migas dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan tidak hanya karena pemerintah gagal dalam meningkatkan produksi yang ada, namun hengkangnya perusahaan migas besar dunia dari Indonesia juga turut berpengaruh pada capaian lifting.
"Untuk meningkatkan produksi harus ada kegiatan yang besar dan itu butuh investasi yang dimiliki para pemain global tersebut," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (20/8).
Beberapa perusahaan migas besar yang hengkang dari Indonesia di antaranya Shell dari Blok Masela, Chevron di proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap II, dan ConocoPhillips di Blok Corridor.
"Kenaikan volume produksi sangat tergantung dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh para perusahaan besar tersebut. Target satu juta barel yang membutuhkan investasi jumbo sangat sulit tanpa adanya perusahaan-perusahaan minyak besar," ujarnya.
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan dalam mengejar target satu juta barel, pihaknya telah menetapkan rencana strategi jangka panjang produksi migas nasional (long term plan/LTP). Meski begitu, dengan kondisi saat ini SKK Migas harus mengoreksi pencapaian dari LTP.
Simak kinerja lifting minyak dan gas (migas) Indonesia pada databoks berikut:
"LTP termasuk update status target satu juta bph sedang progres dengan kondisi data dan outlook-nya seperti apa. Rencananya akan disampaikan pada acara IPA (Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition) September nanti," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto Indonesia masih kekurangan tambahan produksi minyak 350 ribu bph untuk mencapai target satu juta barel pada 2030. Untuk mengejarnya, perlu tambahan produksi rata-rata 40 ribu bph setiap tahun dalam rentang waktu kurang dari sembilan tahun ini.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi minyak, perlu dukungan semua pihak, terutama kontribusi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas.
Saat ini terdapat 15 KKKS besar yang beroperasi di Indonesia memiliki produksi di atas 5 ribu barel per hari dan 5 KKKS dengan produksi skala kecil. Artinya, terdapat 20 KKKS yang dapat berkontribusi dalam mendongkrak kenaikan produksi.
"Kalau 40 ribu BPH dinaikkan per tahun dibagi 20 KKKS, maka 2.000 bph per KKKS setiap tahun saat ini," kata dia dalam diskusi secara virtual beberapa waktu lalu, Senin (16/8).
Untuk itu ia meminta SKK Migas dan KKKS untuk serius dalam menggenjot produksi minyak. Salah satunya dengan terus mengebor sumur pengembangan. Apalagi saat ini tersedia 60 rig pengeboran yang siap digunakan.
Menurut Djoko jika satu rig setidaknya bisa menghasilkan 30 bph, maka tidak menutup kemungkinan target itu tercapai. Selain itu, perlu juga menggenjot peningkatan produksi dari sumur tua, menertibkan pengeboran ilegal, dan mengimplementasikan teknologi EOR.
"Banyak cara ini, bisa optimis kalau serius laksanakan itu semua faktanya sekarang 650 ribu barel per hari, kalau tidak dilaksanakan (target satu juta barel) benar-benar hanya mimpi, kalau dilaksanakan bisa tercapai," ujarnya.