Eropa Dilanda Krisis Energi, Nasibnya Kini di Tangan Vladimir Putin
Di tengah krisis energi yang melanda kawasan Uni Eropa, Presiden Rusia Vladimir Putin tiba-tiba menawarkan pertolongan dan menyatakan akan menambah alokasi pasokan gas ke kawasan tersebut. Para ahli menilai bahwa nasib sektor energi Eropa kini berada di tangan Putin dan Rusia.
Harga gas alam di Benua Biru menyentuh rekor tertinggi baru pada Selasa (5/10) seiring ketatnya persediaan di tengah lonjakan permintaan menjelang musim dingin. Sepanjang tahun ini harga gas di kawasan tersebut telah melonjak hingga 400%.
Harga gas alam di Eropa berfluktuasi pada Rabu (6/10), bahkan sempat mencatatkan rekor tertinggi baru sebelum Putin datang dan menawarkan untuk menambah pasokan gas alam Rusia ke Eropa.
Analis pasar mengatakan bahwa langkah tersebut menunjukkan bahwa Eropa semakin rentan dan bergantung kepada Rusia yang tengah menunggu sertifikasi dari Jerman untuk proyek pipa gas Nord Stream 2 yang kontroversial.
Proyek senilai US$ 11 miliar atau sekitar Rp 156,7 triliun ini akan mengalirkan lebih banyak gas dari Rusia ke Eropa melalui laut Baltik. Namun Amerika Serikat (AS) telah lama memperingatkan bahwa proyek ini mengancam keamanan energi Eropa dan dapat dimanfaatkan Rusia untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan itu.
“Eropa telah membiarkan dirinya disandera oleh Rusia atas pasokan energi,” kata ahli strategi kedaulatan senior pasar negara berkembang di Bluebay Asset Management, Timothy Ash, seperti dikutip CNBC, pada Jumat (8/10).
Dia menyebut situasi yang dihadapi Eropa saat ini sebagai bentuk penyanderaan energi. Pasalnya ia menilai bahwa niat Rusia sangat jelas mengunci sektor energi Eropa dan Inggris yang saat ini terlalu lemah untuk melawan karena krisis energi yang tengah dihadapi.
“Eropa ketakutan Rusia akan memutus aliran gas menjelang masuknya musim dingin, dan membiarkan kawasan ini membeku sampai mereka mendapatkan sertifikasi untuk proyek Nord Stream 2,” kata Ash.
Pada Rabu kemarin Putin memanfaatkan pertemuan antar pemerintah kedua kawasan yang disiarkan televisi untuk menawarkan peningkatan pasokan gas ke Eropa. Di saat yang sama dia mengecam Eropa karena telah banyak membatalkan kontrak gas jangka panjangnya diganti dengan transaksi spot.
“Kremlin siap menegosiasikan kontrak jangka panjang baru untuk penjualan gas ke Eropa,” kata Putin pada pertemuan tersebut, seperti dikutip CNBC. Simak databoks berikut:
Bagaimanapun, melonjaknya harga gas telah menempatkan masalah krisis energi di puncak agenda para pemimpin Uni Eropa untuk mendiversifikasi kemandirian energi kawasan. Sebab, 90% pasokan gas blok ini diimpor, dengan Rusia sebagai pemasok terbesar bersama Norwegia.
Masalah pasokan gas Eropa juga telah lama menjadi topik pelik yang memperburuk hubungan kawasan ini dengan Amerika. Para ahli melihat pertempuran atas pasokan gas Eropa sebagai perang proksi antara Amerika dan Rusia, yang berlomba untuk menangkap pangsa pasar gas di kawasan itu, Rusia dengan gas alam, dan Amerika dengan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).
Kontroversi di Balik Nord Stream 2
Banyak ahli yang meyakini bahwa Rusia sengaja menahan pasokan gas ke Eropa dalam upaya untuk mempercepat sertifikasi proyek pipa gas Nord Stream 2 dari Jerman. Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, menyangkal tudingan bahwa Rusia ada di balik krisis energi yang melanda Eropa.
Meski demikian, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa sertifikasi Jerman untuk proyek Nord Stream 2 dapat membantu untuk menurunkan harga gas. Ini semakin memperkuat kecurigaan bahwa pertolongan Rusia hanya demi mendapatkan sertifikasi untuk proyek itu.
“Mencari sertifikasi cepat untuk Nord Stream 2 telah menjadi rencana permainan Moskow selama ini. Pasar benar-benar naif jika mereka berpikir Moskow akan melakukan segalanya demi meredakan krisis energi Eropa sebelum Nord Stream 2 disertifikasi,” kata Ash.
Regulator energi Jerman sejauh ini belum menunjukkan tanda akan mengeluarkan sertifikasinya. Bahkan memperingati bahwa Rusia harus menunjukkan komitmen tidak akan melanggar aturan persaingan dengan membatasi pemasok yang dapat menggunakan infrastruktur gas itu jika ingin mendapatkan sertifikasi.
Jerman menyatakan tidak akan ragu menghukum Rusia jika telah menyalurkan gas ke wilayahnya sebelum proyek tersebut mendapatkan persetujuan yang diperlukan.
Proyek Nord Stream 2 selama ini ditentang oleh Uni Eropa, terutama Ukraina. Pasalnya pipa gas tersebut akan melewati pipa gas Ukraina, sehingga negara itu kehilangan pendapatan atas transit gas.
Apalagi proyek itu diluncurkan pada 2015 hanya beberapa bulan setelah Rusia menginveasi dan aneksasi secara ilegal wilayah Ukraina. Polandia pun cukup lantang menentang proyek ini karena dinilai hanya akan memperkuat Rusia.