Krisis Energi Dunia Meluas, Pembangkit Listrik Libanon Mati Total

Happy Fajrian
11 Oktober 2021, 13:16
krisis energi, libanon, pembangkit listrik, listrik
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Ilustrasi pembangkit listrik.

Krisis energi dunia semakin meluas. Setelah Inggris, Eropa, Cina, dan India, kini giliran Libanon yang dua pembangkit listrik terbesarnya sempat mati total pada Kamis (7/10) hingga Sabtu (9/10) karena kehabisan bahan bakar. Ini menyebabkan pemadaman listrik massal di seluruh negara tersebut.

Dua pembangkit listrik tersebut yaitu pembangkit Zahrani yang berlokasi di selatan Libanon berhenti beroperasi pada Kamis, sedangkan pembangkit Deir Ammar berhenti beroperasi selang satu hari kemudian atau hari Jumat.

Ketika itu seorang pejabat pemerintah Lebanon menyatakan bahwa kedua pembangkit ini setidaknya akan berhenti beroperasi hingga Senin (11/10) atau bahkan lebih lama lagi.

“Terhentinya operasional kedua pembangkit listrik itu secara langsung mempengaruhi stabilitas jaringan listrik dan menyebabkan pemadaman total, tanpa kemungkinan untuk melanjutkan operasi untuk sementara waktu," kata pejabat tersebut, dikutip dari Reuters pada Senin (11/10).

Namun kedua pembangkit tersebut kembali beroperasi pada Minggu (10/10) setelah militer Libanon sepakat untuk memasok 6.000 kilo liter bahan bakar gas oil yang diperkirakan dapat menjaga pasokan listrik selama tiga hari ke depan.

“Militer Lebanon setuju pada Sabtu malam untuk menyediakan gas oil yang akan didistribusikan secara merata pada dua pembangkit itu,” tulis pernyataan perusahaan listrik milik negara, seperti dikutip Reuters.

Selain itu, Menteri Listrik Libanon Walid Fayad mengatakan bahwa pemerintah juga telah mengamankan pasokan bahan bakar dari Irak yang diperdiksi akan datang pekan ini. Untuk membantu meringankan krisis, Libanon juga telah menerima pengiriman bahan bakar dari Iran melalui Suriah.

Pemerintah Libanon juga tengah merundingkan pasokan listrik dari Yordania dan gas alam dari Mesir dan Suriah. Meskipun perundingan ini kemungkinan akan memakan waktu hingga berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.

Bahan Bakar Langka Imbas Krisis Ekonomi

Libanon bergulat dengan krisis energi yang diperburuk oleh ketergantungannya terhadap impor bahan bakar. Sedangkan impor semakin mengering seiring krisis ekonomi yang memburuk, yang membuat nilai tukar pound Libanon terdepresiasi hingga 90% sejak 2019.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...