Ketergantungan Batu Bara Tinggi, Transisi Energi RI Setengah Hati

Image title
27 Oktober 2021, 13:52
transisi energi, batu bara, pltu
ANTARA FOTO/Jojon/wsj.
Foto udara area Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di wilayah Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Jumat (10/9/2021).

Rencana pemerintah untuk melakukan transisi energi dari sumber energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) dinilai masih setengah hati. Pasalnya, ketergantungan terhadap bahan bakar kotor, terutama batu bara, masih tinggi, apalagi di saat harganya yang tengah melambung.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai pemerintah saat ini mulai balik arah menyelamatkan bisnis batu bara. Salah satunya karena kontrak pembelian batu bara jangka panjang untuk pembangkit listrik dan UU Minerba lebih berpihak pada perpanjangan izin pertambangan batu bara.

Advertisement

"Banyak yang tidak sinkron di saat pajak karbon disahkan dalam UU HPP dan Indonesia mengangkat isu sustainable development dalam rencana event Presidensi G20," kata Bhima kepada Katadata.co.id, Rabu (27/10).

Bhima menyebut indikasi inkonsistensi pemerintah dalam menurunkan emisi karbon dan ketidakpastian komitmen pemerintah. Maka akan menurunkan minat investasi di sektor EBT. Bahkan perusahaan energi berbasis fosil yang mau transisi ke bisnis EBT menjadi berpikir ulang.

"Harusnya bukan batu bara ya, kalau ingin transisi pindah dulu ke gas. Gas jelas emisi karbonnya lebih rendah dari batu bara. Kenapa tidak didorong ke pemakaian gas dulu untuk substitusi batu bara?," katanya.

Regional Climate and Energy Campaign Coordinator, Greenpeace Indonesia Tata Mustasya menilai rasa setengah hati untuk melakukan transisi energi menunjukkan gap yang besar antara komitmen dengan implementasi.

Mengingat, Presiden Joko Widodo sudah beberapa kali menyampaikan mengenai pentingnya ekonomi hijau untuk Indonesia. Transisi energi merupakan kunci untuk menuju ekonomi hijau.

Menurut dia Kementerian ESDM berbicara transisi yang seharusnya mengacu kepada tujuan yang ingin kita capai. "Nah masalahnya tujuan atau goal pun saya lihat Indonesia masih sering mengalami disorientasi," katanya.

Ia pun mendorong agar Indonesia dapat mencapai nol emisi karbon pada 2050 dengan mempensiunkan pembangkit berbahan bakar batu bara dan mulai menggunakan penuh sumber energi terbarukan. Dengan begitu, maka penciptaan lapangan kerja dan pengembangan industri energi bersih dan terbarukan akan mulai terlihat.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement