Produsen Batu Bara Sesalkan Harga Khusus untuk Industri Semen & Pupuk
Produsen batu bara menyesalkan kebijakan harga khusus untuk industri semen dan pupuk di tengah lonjakan harga komoditas berjuluk emas hitam ini di dunia. Sebab ini menjadi momen langka bagi produsen untuk bisa mendongkrak pundi-pundi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa kebijakan pemberian harga khusus batu bara untuk industri semen dan pupuk akan berdampak besar bagi perusahaan tambang.
Pasalnya, pasokan batu bara untuk industri semen dan pupuk berkisar mencapai 15,8 juta ton per tahun. "Tentu ada dampaknya bagi penambang karena tidak dapat memaksimalkan berkah harga komoditas yang sedang tinggi dan bersifat sementara," kata Hendra kepada Katadata.co.id, Selasa (9/11).
Kebijakan tersebut menurut dia juga bakal berpengaruh terhadap penerimaan negara. Oleh sebab itu, kebijakan subsidi harga bagi industri semen dan pupuk perlu dikaji ulang.
Karena selain tren harga menurun, di sisi lain juga sebagian besar dari produksi semen tersebut untuk tujuan ekspor dan retail. Hal ini berbeda dengan subsidi harga jual kelistrikan dimana itu untuk kepentingan umum dan strategis.
Sementara, General Manager Legal & External Affairs Arutmin Ezra Sibarani menilai guna menyikapi prospek batu bara ke depan. Perusahaan telah mempersiapkan rencana jangka panjang dengan melakukan hilirisasi batu bara.
Sehingga dalam 5-10 tahun ke depan pihaknya bakal mengolah produk turunan dari batu bara menjadi metanol, dimethyl ether (DME) atau bentuk lainnya. "Kita berharap pemerintah dapat mendukung penuh rencana ini baik melalui insentif maupun aturan yang mempertimbangkan fleksibilitas usaha," kata dia.
Kementerian ESDM sendiri telah mematok harga batas atas batu bara khusus untuk industri semen dan pupuk dalam negeri sebesar US$ 90 per ton. Hal tersebut tertuang dalam keputusan Menteri ESDM nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021.
Aturan yang diteken oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 13 April ini berlaku mulai 1 November 2021. Kebijakan harga ini berlaku hingga 31 Maret 2022.
Secara rinci, Kepmen ini menetapkan harga jual batu bara untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku atau bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri US$ 90 per ton Free On Board (FOB) Vessel dengan spesifikasi acuan pada kalori 6.322 kcal/kg, total moisture 8%, total sulphur 0,8%, dan ash 15%.
"Harga Jual batu bara untuk Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku/Bahan Bakar Industri Semen dan Pupuk di Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2022," seperti dikutip dari isi Kepmen tersebut, Kamis (4/11).
Seperti diketahui harga batu bara acuan Indonesia November 2021 naik hingga 33% atau atau US$ 53,38 per ton dari HBA Oktober US$ 161,63 menjadi US$ 215,01. Ini menjadi level tertinggi harga batu bara sepanjang sejarah, setidaknya sejak pemerintah melakukan pencatatan resmi harga batu bara mulai 2009 harga tak pernah menembus US$ 200.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan kenaikan ini dipengaruhi oleh datangnya musim dingin dan krisis batu bara. Krisis terutama yang dialami oleh Cina, sehingga berimbas pada harga batu bara global.
"Harga ini merupakan level HBA tertinggi dalam puluhan tahun terakhir. Permintaan dari Cina terus meningkat menyusul mulai memasuki musim dingin," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (8/11).
Harga Batu Bara Dunia Mulai Merosot di Bawah US$ 200 per Ton
Kekecewaan produsen batu bara cukup valid. Sebab APBI memprediksi harga batu bara RI turun bulan depan karena tren harganya di dunia terus merosot. Salah satu faktor pendorong turunnya harga di pasar global adalah produksi Cina yang terus melonjak sebagai upaya untuk mengatasi krisis energi.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan harga batu bara acuan pada November merupakan rerata dari empat indeks pembentuk harga batu bara acuan pada Oktober yang cukup tinggi.
"Sehingga, untuk Desember, kemungkinan tidak lebih tinggi dari HBA November karena di November tren harga menunjukkan penurunan," ujarnya, Selasa (9/11).
National Development and Reform Commission (NDRC), atau Bappenas-nya Cina, melaporkan, rata-rata produksi harian antara 1-5 November mencapai 11,66 juta ton, naik 1,2 juta ton dari level produksi harian sejak akhir September menjadi 11,93 juta ton. Ini merupakan rekor produksi harian tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
"Dengan lebih banyak batu bara yang diproduksi dan produksi akan terus ditingkatkan, harga batu bara diharapkan terus turun," tulis pernyataan NDRC seperti dikutip Reuters, Selasa (9/11).
Seiring dengan pasokan yang meningkat, harga batu bara Cina pun turun dari 920 yuan atau US$ 143 per ton dari sebelumnya mencapai 1.908 yuan atau US$ 298,2 per ton pada Oktober 2021.
Sementara harga batu bara di ICE Newcastle (Australia) untuk pengiriman November 2021, mengutip Bloomberg, kini berada di level US$ 163 per ton, turun 41,78% dari level tertingginya pada Oktober 2021 US$ 280 per ton, bahkan sempat menyentuh level US$ 140,9 seminggu yang lalu.
Sedangkan untuk pengiriman Desember 2021 berada pada level US$ 164 per ton, turun lebih dari US$ 100 dari level tertingginya di US$ 272,5 per ton dan sempat menyentuh level US$ 137,1 per ton.