Permintaan Energi Dunia pada 2022 Diramal Naik 2,2%, Terbesar Listrik

Happy Fajrian
17 November 2021, 18:30
energi, pemulihan ekonomi, permintaan energi
123rf.com/jjfarquitectos
Ilustrasi pembangkit listrik.

The Economist Intelligence Unit memprediksi permintaan energi dunia pada tahun depan naik 2,2%  menjadi 13.410 juta ton setara minyak (million tonnes of oil equivalent/mtoe). Prediksi ini lebih tinggi dari capaian tahun 2019 yakni sebelum dunia dilanda pandemi Covid-19. Namun, prediksi itu masih lebih rendah dari pertumbuhan permintaan energi tahun ini yang bangkit setelah mengalami kontraksi 4,5% pada 2020.

"Sebagian besar pertumbuhan permintaan akan datang dari sektor kelistrikan seiring dengan proses elektrifikasi perekonomian global (mulai dari digitalisasi hingga transportasi/kendaraan listrik) berlanjut," tulis laporan EIU yang dirilis Rabu (17/11).

Menurut laporan ini, konsumsi seluruh komoditas energi akan meningkat pada 2022, termasuk batu bara yang permintaannya sempat terpuruk akibat pandemi, akan meningkat pada 2022. Konsumsi batu bara diprediksi naik 1,5% secara tahunan, hampir secepat pertumbuhan konsumsi gas alam.

Sementara konsumsi minyak, yang juga terdampak cukup parah kontraksi ekonomi global 2020 diproyeksi tumbuh 2,7%. Sama halnya dengan tenaga surya dan angin yang diramal tumbuh 10,6% seiring semakin kencangnya transisi energi global.

Satu-satunya konsumsi energi yang turun adalah nuklir, walau hanya 0,8% secara tahunan dibandingkan 2021. Penurunan ini disebabkan banyaknya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Jepang yang belum kembali dioperasikan sejak bencana gempa bumi Fukushima pada 2015 silam.

Laporan ini menyebutkan bahwa sebenarnya Cina dan India membangun banyak PLTN, namun belum akan operasional dalam waktu dekat. Dengan permintaan yang meningkat, harga komoditas energi pun diramal ikut naik

"Dengan asumsi kesepakatan produksi OPEC+ tak berubah, kami memprediksi harga minyak akan berada di kisaran US$ 78,5 per barel pada 2022, naik dari rata-rata US$ 71,7 per barel pada 2021. Kami juga menaikkan proyeksi harga gas alam dan LNG secara signifikan, khususnya di Eropa," tulis EIU.

Harga gas diperkirakan tetap tinggi hingga kuartal II 2022 karena dunia masih berupaya meningkatkan pasokannya. Namun harga berpotensi semakin tinggi jika produksi tetap rendah, atau turun signifikan jika investor memutuskan untuk berinvestasi lebih besar pada gas untuk memanfaatkan tingginya harga.

Krisis energi di Eropa dan Cina baru-baru ini telah memicu perdebatan tentang kurangnya investasi dalam proyek-proyek energi konvensional karena dana global terfokus pada investasi berkelanjutan. Simak databoks berikut:

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...