Jalan Panjang Divestasi Shell di Blok Masela Setelah CCUS Jadi Syarat
Jalan Shell untuk mendivestasi participating interest (PI)-nya di proyek Abadi LNG Blok Masela kemungkinan akan semakin panjang. Sebab proyek tersebut masih menunggu persetujuan revisi rencana pengembangan (PoD) untuk menambahkan fasilitas penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan bahwa fasilitas ini ini menjadi salah satu syarat jika Shell ingin menjual PI-nya di Blok Masela. Hal ini di tengah meningkatnya tekanan global untuk memangkas emisi dari sektor energi.
“Shell baru bisa divestasi participating interest (PI)-nya di Masela jika PoD telah direvisi dengan memasukkan CCUS. Kalau tidak, akan sulit (bagi Shell) untuk menjual (PI-nya), karena (gas) tidak akan dianggap sebagai produk hijau,” ujarnya seperti dikutip Energy Voice, Rabu (30/12).
Sejauh ini upaya divestasi Shell di blok ini gagal menjaring minat yang signifikan sejak pemerintah mengumumkan rencana tersebut pada pertengahan tahun 2020. Sebagai informasi, Shell menguasai 35% saham PI di Blok Masela yang nilainya diperkirakan US$ 800 juta hingga US$ 1 miliar. Sisanya dikuasai Inpex Jepang sebesar 65%.
Namun, terlepas dari kedekatan blok tersebut dengan pasar permintaan Asia, terbukti sulit bagi Shell untuk menemukan calon pembeli untuk salah satu sumber daya gas terbesar di dunia yang belum dikembangkan.
Rencana pengembangan yang diusulkan untuk proyek Abadi LNG Blok Masela yang akan memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, gas pipa sebanyak 150 juta standar kaki kubik per hari dan 35.000 barel kondensat per hari dinilai cukup menantang secara teknis dan komersial.
Proyek yang diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 18-20 miliar (Rp 256-285 triliun) mencakup unit FPSO besar, serta pipa saluran air dalam dari ladang Abadi ke fasilitas liquefaction yang diusulkan di Yamdena di Kepulauan Tanimbar.
Sementara itu Lapangan Abadi mengandung karbondioksida (CO2) berat. Sehingga penambahan fasilitas penangkapan karbon atau CCUS akan membuat proyek ini menjadi kurang menarik secara komersial.
Namun dorongan yang semakin besar terhadap dekarbonisasi, terutama di antara perusahaan Jepang, membuat pengembangan Lapangan Abadi hampir mustahil tanpa memasukkan fasilitas CCS.
Sebelumnya pada Agustus lalu Inpex mengatakan bahwa mereka tidak berencana untuk mengambil keputusan investasi final sampai sekitar tahun 2024-2025, atau dua tahun lebih lambat dari target sebelumnya yakni pada tahun 2022-2023.
Inpex menyebut penundaan ini disebabkan pandemi Covid-19 yang telah mengganggu pekerjaan survei lokasi sebelum front-end engineering and design (FEED). Selain itu rencana pengembangan proyek juga harus dirancang ulang untuk memasukkan fasilitas CCUS.