ESDM Optimistis Stok Batu Bara PLN Akhir Januari Bisa Capai 20 HOP
Kementerian ESDM memastikan pasokan batu bara untuk PLN yang beberapa hari lalu mengalami krisis mulai kembali pulih. Bahkan, pasokan batu bara untuk perusahaan setrum di akhir bulan ini ditargetkan dapat memenuhi standar minimal 20 hari operasi (HOP) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan pemerintah terus memantau pergerakan stok batu bara setiap hari, khususnya pada 17 PLTU yang semula kondisinya kritis.
"Sampai hari ini tanggal 18 itu sudah membaik dan kami punya target sampai akhir Januari itu rata-rata sudah sampai 20 hari HOPnya. Jadwal pengiriman sudah ada, tongkang sudah ada," ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (18/1).
Di samping itu, PLN bersama dengan Direktorat Jenderal Minerba setiap hari juga terus melakukan pemantauan untuk memastikan jadwal pengiriman dan ketersediaan kapal angkutan batu bara ke unit PLTU.
Pengawasan dilakukan sejak titik awal pengiriman hingga titik loading di pelabuhan. Adapun jika terdapat indikasi mengalami keterlambatan 1-2 hari kerja, maka PLN bersama dengan Direktorat Jenderal Minerba langsung mengambil rencana lain supaya keterlambatan tersebut tidak berpengaruh pada HOP.
"Dari hari ke hari sampai saat hari ini HOP kita sudah semakin membaik dengan sendirinya. Bisa dikatakan tidak perlu dikhawatirkan ancaman mati lampu. Tapi yang 17 PLTU ini yang paling krisis, meskipun demikian kita terus memantau rantai pasokan batu bara di seluruh PLTU yang ada di Indonesia," ujar dia.
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin sebelumnya mengatakan kebijakan larangan ekspor batu bara bukan diputuskan secara tiba-tiba. Pemerintah secara langsung telah memantau kondisi persediaan batu bara milik PLN sejak jauh hari.
Ia mengatakan, kondisi kritis pasokan batu bara di pembangkit-pembangkit PLN yang terjadi pada 30 Desember 2021 bukan kali pertama. PLN juga mengalami gangguan pasokan batu bara pada awal Januari 2021 dan periode Juli-Agustus 2021.
"Saya cerita waktu kritis itu 30 Desember. Darmo (Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo) cerita ke saya, 17 PLTU kritis, 10 GW akan mati dan 10 juta pelanggan terancam. Terus saya bilang kapan matinya? Kalau gak dilakukan 5 Januari akan mati," kata Ridwan dalam diskusi Economic Challenges, Selasa (11/1) malam.
Menurut dia, kebijakan larangan ekspor batu bara yang diberlakukan untuk semua produsen tanpa terkecuali ini bukan tanpa sebab. Sanksi terhadap beberapa produsen yang tak memenuhi ketentuan DMO kurang efektif karena kapal-kapal yang beroperasi masih melayani kegiatan pengiriman ke luar negeri.
Dengan demikian, menurut dia, dibutuhkan larangan sementara untuk semua pengapalan ekspor muatan batu bara. "Kita perlu kapal dan tongkangnya disetop. Karena begitu kita pakai kecuali, orang jago cari celahnya. Tapi saat semua ditutup, hasilnya positif," ujarnya.