Putin Melunak, Rusia Masih Izinkan EU Bayar Gas Pakai Euro dan Dolar

Happy Fajrian
31 Maret 2022, 18:13
gas rusia, rubel, eropa, vladimir putin
ANTARA FOTO/REUTERS/Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin /aww/sad.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berkomunikasi dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz terkait ketentuan pembayaran gas dengan rubel.

Rusia tampaknya telah menarik tuntutan agar perusahaan Eropa membayar pasokan gas dalam mata uang rubel yang sedianya mulai berlaku hari ini, Kamis (31/3). Dengan perkembangan ini Eropa untuk sementara terhindar dari risiko gangguan pasokan energi.

CNBC melaporkan bahwa dalam sambungan telepon dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu (30/3), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perusahaan-perusahaan Eropa dapat terus membayar pasokan gas dalam euro atau dolar Amerika Serikat (AS).

“Rusia tidak akan segera meminta pembayaran gas dalam rubel. Peralihan ini kemungkinan akan menjadi proses yang bertahap,” kata juru bicara Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, seperti dikutip CNBC.com.

Jerman dan negara anggota G7 lainnya telah menyatakan bahwa kontrak perjanjian pasokan gas tidak dapat diubah secara sepihak. Pembeli gas Rusia dari Eropa menyatakan Kremlin tidak berhak menulis ulang kontrak jangka panjang yang telah disepakati.

Sebelumnya Putin telah menginstruksikan perusahaan gas negara, Gazprom, bank sentral, dan pemerintahannya untuk mengajukan proposal tentang bagaimana kebijakan pembayaran dengan rubel dilaksanakan hari ini.

Namun Putin nampaknya berubah sikap dan masih membolehkan perusahaan Eropa membayar pasokan gas dengan euro dan dolar yang dibayarkan kepada Gazprom Bank, dan ditransfer dalam rubel ke Rusia. Namun Scholz disebut tak menyetujui prosedur ini dan meminta informasi tertulis untuk lebih memahami proposal pembayaran baru.

Kremlin mengatakan bahwa pergantian mata uang untuk pembayaran gas diperlukan karena cadangan devisa bank sentral Rusia telah dibekukan oleh negara Uni Eropa. “Disepakati bahwa para ahli dari Rusia dan Jerman akan terus bernegosiasi mengenai masalah ini,” tulis pernyataan Rusia.

Ancaman tuntutan pembayaran gas dengan rubel telah meningkatkan prospek pemutusan pasokan ke negara-negara Eropa. Bahkan Jerman dan Austria telah mengambil langkah-langkah penjatahan gas untuk menghindari potensi terhentinya pengiriman gas dari Rusia.

Namun, analis di konsultan risiko politik Eurasia Group mengatakan tidak mungkin Gazprom akan melanggar kontrak yang ada dengan menolak memasok gas kepada pelanggan yang menolak membayar dalam rubel dalam jangka pendek.

“Lebih mungkin Gazprom meminta negosiasi ulang kontrak yang ada. Dalam jangka panjang, Gazprom kemungkinan akan bersikeras bahwa pembaruan kontrak akan lebih mencerminkan kebijakan baru yang ada, ”kata analis di Eurasia Group dalam sebuah catatan penelitian.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...