Harga Minyak Melonjak 5% Usai UE Umumkan Rencana Embargo Minyak Rusia
Harga minyak dunia melonjak hingga lebih dari 5% setelah Uni Eropa (UE) mengumumkan tambahan sanksi baru bagi Rusia berupa larangan impor minyak atas invasi negara tersebut ke Ukraina pada 24 Februari yang masih berlangsung hingga kini.
Harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik US$ 5,17 atau 4,9% menjadi US$ 110,14 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Juni naik US$ 5,4 atau 5,3% menjadi US$ 107,81 per barel.
UE berencana menghentikan impor minyak mentah dari Rusia secara bertahap selama enam bulan ke depan, dan menghentikan impor produk olahan minyak pada akhir tahun ini. Eropa mengimpor minyak dan produk minyak Rusia sekitar 3,5 juta barel per hari (bph).
Blok ini mulai bulan depan juga menargetkan perusahaan asuransi, pembiayaan, perkapalan, broker, yang akan melumpuhkan kemampuan Rusia mengekspor minyaknya.
Di sisi lain pasokan minyak di pasar saat ini sangat ketat. Persediaan minyak AS, misalnya, menunjukkan penurunan yang signifikan. Bahkan diperkirakan terjadi kelangkaan bahan bakar untuk transportasi, industri, dan pemanas.
“Persediaan sangat ketat, dengan kondisi, jika kita berbicara tentang hukuman larangan impor, ada banyak pertanyaan tentang bagaimana (Eropa) akan mengatasi masalah pasokan,” kata analis dari Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dikutip Reuters, Kamis (5/5).
Harga minyak telah melonjak lebih dari 40% tahun ini imbas terganggunya pasokan karena invasi Rusia ke Ukraina, meningkatnya permintaan energi di tengah pulihnya perekonomian dari dampak Covid-19 yang turut memicu inflasi dan mendorong bank sentral termasuk Federal Reserve AS untuk memperketat kebijakan.
Pada saat yang sama, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia telah memulihkan pasokan yang ditutup selama pandemi hanya dengan kecepatan yang terkendali. Simak perkembangan harga Brent tiga bulan terakhir pada databoks berikut:
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Rabu mengusulkan embargo minyak bertahap terhadap Rusia, serta sanksi tambahan terhadap bank-bank besar Rusia.
“Langkah-langkah ini termasuk menghentikan pasokan minyak mentah Rusia secara bertahap dalam waktu enam bulan dan produk olahan pada akhir 2022,” kata von der Leyen. Dia juga berjanji untuk meminimalkan dampak dari langkah tersebut pada ekonomi Eropa.
Hungaria dan Slovakia, bagaimanapun, akan dapat terus membeli minyak mentah Rusia hingga akhir 2023 berdasarkan kontrak yang ada, kata sumber Uni Eropa kepada Reuters. Rusia dapat mengimbangi hilangnya salah satu pelanggan utamanya dengan menjual minyak ke importir lain termasuk India dan Cina.
Kebutuhan akan pasokan yang jauh lebih besar kemungkinan tidak akan terpenuhi pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu pada hari Kamis. OPEC+ diperkirakan akan tetap pada rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan secara bertahap.
Di AS, menurut Administrasi Informasi Energi stok minyak mentah naik moderat minggu lalu. Stok naik 1,2 juta barel karena negara ini merilis lebih banyak dari cadangan strategisnya. Stok bahan bakar turun, sebagian karena ekspor produk yang lebih kuat sejak invasi Rusia karena pembeli mencari sumber lain.
Pasar sebagian besar mengabaikan pengumuman The Federal Reserve bahwa mereka akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,75-1% sebagai upaya untuk mengendalikan lonjakan inflasi.
"Pasar naik begitu kuat sebelum pengumuman, saya pikir (The Fed) adalah kesimpulan yang sudah pasti," kata direktur riset pasar di Tradition Energy, Gary Cunningham.