Menteri Bahlil: Subsidi BBM Harus Dikurangi karena Sudah Terlalu Besar

Muhamad Fajar Riyandanu
12 Agustus 2022, 18:06
subsidi bbm, harga bbm, subsidi energi, bahlil lahadalia, harga minyak
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Sejumlah kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite dan Pertamax di salah satu SPBU, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/8/2022).

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan subsidi BBM harus diperkecil untuk menekan besaran subsidi dan kompensasi energi yang nilainya telah mencapai Rp 502,4 triliun.

Dia juga meminta masyarakat agar bersiap jika nantinya pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM. Bahlil menilai, jika harga minyak mentah dunia naik ke level US$ 105 per barel dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.740 per dolar, maka pemerintah bakal menanggung beban subsidi BBM hingga Rp 600 triliun.

Beban tersebut akan dirasa lebih berat jika pemerintah memutuskan untuk menambah kuota BBM bersubsidi Pertalite menjadi 29 juta kilo liter (kl) dari sebelumnya 23,5 juta kl.

"Rasa-rasanya sih untuk menahan harga BBM seperti sekarang, perasaan saya kita harus siap-siap jika kenaikkan BBM itu terjadi. Karena Rp 600 triliun setara 25% total pendapatan APBN. Ini gak sehat," kata Bahlil di Kantor Kementerian Investasi pada Jumat (12/8).

Pada kesempatan tersebut, Bahlil mengatakan bahwa harga keekonoian BBM Pertalite dan Pertamax jauh di atas harga jualnya.

Dia pun menyitir bahwa mayoritas BBM bersubsidi malah dinikmati masyarakat mampu dan sejumlah perusahaan perkebunan dan pertambangan. "Pajak yang bayar orang kecil, tapi dikasih subsidi ke orang yang gak pantas untuk dapat," sambungnya.

Berdasarkan formulasi perhitungan yang dilakukan oleh Pertamina pada Juli 2022, harga keekonomian Solar adalah Rp 18.150 per liter, sedangkan harga jual masih Rp 5.150 per liter. Kondisi ini membuat pemerintah harus membayar subsidi Solar Rp 13.000 per liter.

Sementara itu, harga keekonomian Pertalite Rp 18.150 per liter. Pertamina menjual Pertalite Rp 7.650 per liter, sehingga setiap liter Pertalite yang dibeli oleh masyarakat mendapatkan subsidi Rp 9.550 per liter dari pemerintah.

Harga keekonomian BBM nosubsidi Pertamax adalah senilai Rp 17.950 per liter. Pertamina masih mematok harga Pertamax Rp 12.500 per liter, sedangkan perusahaan kompetitor sudah menetapkan harga produk sekitar Rp 17.000 per liter.

"Pertamax jaraknya Rp 5.000-an, ini kan harga yang tinggi. Jadi mungkin subsidi tetap ada tapi angkanya yang harus diperkecil untuk menjaga fiskal negara," ujar Bahlil.

Dia juga menyebut pemerintah masih dalam pembahasan untuk menentukan besaran jumlah penambahan kuota dan besaran kenaikkan harga BBM Pertalite. "Pembahasan penambahan kuota subsidi perlahan-lahan jalan dan harganya masih dihitung ya," ujarnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan harga BBM bersubsidi Pertalite tidak akan mengalami kenaikan atau tetap ditahan di harga Rp 7.650 per liter.

"Harga Pertalite sementara tetap dipertahankan dan sementara kami mengimbau masyarakat untuk hemat dalam konsumsi BBM," kata Arifin saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Kamis (11/8).

Dia menambahkan, pemerintah bakal menambah jumlah kuota Pertalite tahun ini dengan mempertimbangkan migrasi konsumen akibat naiknya harga Pertamax pada 1 April lalu. "Kami perkirakan tadinya tambah 10% kalau ada migrasi ke Pertalite yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan," ujar Arifin.

Pertamina hingga Juli telah menyalurkan Pertalite sejumlah 16,8 juta kilo liter (kl) dari total kuota 23 juta kl hingga akhir tahun. Dengan kuota saat ini yang tersisa 6,2 juta kl diharap bisa memenuhi permintaan hingga Desember 2022.

Sementara untuk solar, Pertamina sudah menyalurkan 9,9 juta kl dari total kuota 14,9 juta kl di tahun 2022 atau tersisa 5 juta kl sampai akhir tahun. "Karena kita harus menjaga kestabilan, kita punya kekuatan anggaran," tukas Arifin.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...