Jokowi Pamer Fundamental Ekonomi RI Kuat saat Dunia sedang Bergolak
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,44% pada kuartal ketiga menandai pertumbuhan di level 5% selama tiga kuartal beruntun. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan ekonomi nasional masih kuat saat kondisi dunia tengah bergejolak dan ekonomi negara lainnya di dunia melambat.
"Krisis kesehatan karena pandemi belum sepenuhnya pulih, perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit. Tiba-tiba meletus perang di Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan tidak terhindarkan lagi, 107 negara terdampak krisis yang sebagian diantaranya diperkirakan jatuh bangkrut," kata Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR RI, Selasa (16/8).
Ujian yang dihadapi dunia dan juga Indonesia menurutnya tidak mudah. Saat ini ada sekitar 553 juta jiwa penduduk dunia terancam jatuh ke jurang kemiskinan ekstrim di tengah meningkatnya krisis. Di sisi lain, ada 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan.
Meski demikian, ia juga menyebut Indonesia patut berbangga sebagai salah satu negara yang mampu menghadapi krisis global ini. Indonesia termasuk negara yang disebut berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 dan termasuk lima besar negara dengan vaksinasi terbanyak. Saat ini sudah ada 432 juta dosis vaksin yang sudah disuntikkan.
Dari sisi ekonomi, data pertumbuhan, inflasi hingga pengelolaan fiskal menunjukan kinerja positif. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,44% pada kuartal II, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 5,01%. Konsumsi semakin kuat dengan kinerja ekspor yang melanjutkan pertumbuhan hingga dua digit.
"Capaian tersebut patut kita syukuri. Fundamental ekonomi Indonesia tetap sangat baik di tengah perekonomian dunia yang sedang bergolak," ujarnya. Simak databoks berikut:
Indonesia berhasil tumbuh kuat di tengah ekonomi dunia yang justru lambat. Cina misalnya, ekonominya hanya tumbuh 0,4% pada kuartal II dari biasanya tumbuh lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat bahkan resmi jatuh ke resesi teknikal setelah terkontraksi 0,9% pada kuartal II.
Kondisi inflasi Indonesia juga disebut jauh dibawah negara lain. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu mencapai 4,94% secara tahunan di bawah rata-rata inflasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang berada di sekitar 7%. Realisasi ini juga jauh di bawah rata-rata inflasi negara maju di 9%.
Meski demikian, inflasi terus merangkak dalam beberapa bulan terakhir. Inflasi bulan lalu merupakan rekor tertingginya sejak Oktober 2015. Selain itu, inflasi yang didorong kenaikan harga pangan mencatat kenaikan hingga dua digit ke 11,5% yang merupakan rekor tertingginya sejak 2014.
Dari sisi fiskal, pengelolaan keuangan negara juga masih berhasil mencatatkan surplus jumbo Rp 106 triliun sampai dengan akhir bulan lalu. Kinerja ini ditopang oleh pendapatan negara yang kuat berkat tren harga komoditas yang tinggi.
"Oleh karena itu, pemerintah mampu memberikan subsidi BBM, LPG, dan listrik, sebesar Rp 502 triliun di tahun 2022 ini, agar harga BBM di masyarakat tidak melambung tinggi," kata Jokowi.