Harga Gas Eropa Terus Meroket Usai Rusia Matikan Aliran Nord Stream 1
Harga gas alam di Eropa terus meroket setelah Rusia menyatakan aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 dihentikan sampai batas waktu yang belum ditentukan setelah ditemukannya kerusakan baru yang membutuhkan perbaikan.
Rusia telah menggunakan kuasanya atas pasokan gas untuk menekan negara-negara Eropa sebagai pembalasan terhadap sanksi yang dijatuhkan setelah invasinya ke Ukraina. Perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom menutup pipa Nord Stream 1.
Gazprom beralasan bahwa ditemukan kerusakan baru yang memerlukan perbaikan tanpa menyebut sampai kapan aliran akan dihentikan. Ini memicu lonjakan harga gas di Benua Biru.
Harga gas acuan Eropa, TTF Belanda, untuk kontrak pengiriman Oktober naik hingga 30% atau € 62 menjadi € 272 per megawatt jam (MWh), atau lebih dari US$ 450 per barel jika dikonversi menjadi harga minyak. Sedangkan di Inggris, harga kontrak untuk pengiriman gas bulan depan melonjak 35%.
Sebelumnya Rusia telah memangkas aliran gas melalui jalur Nord Stream 1 ke Jerman hingga hanya 20% dari total kapasitas. Ini membuat negara-negara Eropa berebut pasokan untuk menyimpan gas sebanyak mungkin untuk menghadapi musim dingin, dan mencari pasokan alternatif.
Ancaman kekurangan gas juga memperdalam kekhawatiran atas risiko resesi di negara-negara yang bergantung pada bahan bakar untuk industri dan pembangkit listrik, termasuk Inggris dan Uni Eropa.
Itu menyebabkan mata uang mereka melemah karena investor mencari keamanan dalam dolar AS dan mengurangi paparan ke ekonomi yang mungkin harus memangkas produksi industri. Euro merosot ke level terendah 20 tahun terhadap dolar AS, jatuh ke level US$ 0,9879 pada awal perdagangan Senin.
Pada hari ketika Liz Truss dikonfirmasi sebagai perdana menteri Inggris berikutnya, pound mencapai $ 1,1444, nilai terendah terhadap dolar sejak hari-hari awal Covid-19 pada Maret 2020. Truss diperkirakan akan mengungkapkan rencananya untuk mengurangi krisis energi dalam beberapa hari mendatang.
Kit Juckes, ahli strategi makro di bank Société Générale, mengatakan bahwa tidak jelas berapa lama pipa akan tetap ditutup. “Tetapi masih jelas bahwa Presiden Putin menggunakannya sebagai senjata untuk melemahkan tekad Eropa dalam mendukung Ukraina,” ujarnya dikutip The Guardian, Selasa (6/9).
Lee Hardman, seorang analis mata uang di MUFG Bank, mengatakan bahwa persenjataan pasokan energi Rusia yang sedang berlangsung terus meningkatkan risiko penurunan bagi ekonomi Eropa dan nilai tukar euro.
Harga minyak juga melonjak setelah OPEC, kartel negara-negara penghasil minyak, dan sekutunya termasuk Rusia sepakat untuk memangkas produksi sebesar 100.000 barel per hari pada Oktober.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan global, naik 3% menjadi lebih dari US$ 95,78 per barel, naik dari sebelumnya US$ 93. West Texas Intermediate (WTI), harga patokan Amerika Utara, naik hampir 3% mencapai US$ 89,37 per barel.
Para pemimpin negara-negara G7 menyetujui rencana pada hari Jumat untuk membatasi harga yang dibayarkan untuk minyak Rusia guna mencegah penjualan memperkaya Kremlin, meskipun tidak jelas apakah pembatasan itu akan dilakukan. mengakibatkan harga yang lebih rendah.