Bikin Kesal Amerika, OPEC+ Bakal Pangkas Produksi Minyak 2 Juta Barel
Negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC serta sekutunya termasuk Rusia, alias OPEC+, diperkirakan bakal memangkas produksi untuk November sebesar 2 juta barel per hari (bph) pada pertemuan hari ini, Rabu (5/10).
Hal ini diyakini akan membuat kesal Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang telah meminta agar kelompok tersebut mengerek produksinya untuk menurunkan harga bahan bakar di negaranya.
“Harga minyak yang lebih tinggi, jika didorong oleh pengurangan produksi yang cukup besar, kemungkinan akan mengganggu Administrasi Biden menjelang pemilihan paruh waktu AS,” kata analis Citi dalam sebuah catatan, seperti dikutip Reuters, Rabu (5/10).
Menurut Citi, kemungkinan akan ada reaksi politik lebih lanjut dari AS, termasuk rilis tambahan saham strategis bersama dengan beberapa wildcard termasuk pembinaan lebih lanjut dari RUU NOPEC, mengacu pada RUU anti-trust AS terhadap OPEC.
Rencana pemangkasan produksi oleh OPEC+ ini dapat meningkatkan harga minyak yang sempat turun di bawah US$ 90 per barel dari sebelumnya di atas US$ 120 pada Juni, yang dipicu oleh kekhawatiran resesi ekonomi global, naiknya suku bunga dan nilai tukar dolar AS yang kuat.
OPEC+, yang mencakup Arab Saudi dan Rusia, sedang mengupayakan pengurangan lebih dari 1 juta bph. Bahkan salah satu sumber OPEC mengatakan bahwa pemotongan bisa mencapai hingga 2 juta bph.
Sumber tersebut mengatakan masih belum jelas apakah pengurangan dapat mencakup pemotongan sukarela tambahan oleh anggota seperti Arab Saudi atau jika pemotongan dapat mencakup produksi yang ada di bawah kelompok.
OPEC telah mengurangi produksi lebih dari 3 juta barel per hari dan dimasukkannya barel tersebut akan melemahkan dampak pemotongan baru. OPEC+ mengatakan mereka berusaha untuk mencegah volatilitas daripada menargetkan harga minyak tertentu.
Adapun harga minyak patokan internasional, Brent hari ini telah kembali ke level di atas US$ 90 per barel, tepatnya US$ 91,47 naik sekitar 3% dibandingkan sehari sebelumnya. Simak databoks berikut:
Barat menuduh Rusia mempersenjatai energi karena Eropa menderita krisis energi yang parah dan mungkin menghadapi penjatahan gas dan listrik musim dingin ini sebagai pukulan bagi industrinya.
Moskow menuduh Barat mempersenjatai dolar dan sistem keuangan seperti SWIFT sebagai pembalasan atas pengiriman pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari. Barat menuduh Moskow menginvasi Ukraina sementara Rusia menyebutnya operasi militer khusus.
Rusia telah menjadi bagian dari klub OPEC+ sejak 2016. Kelompok tersebut telah memangkas dan meningkatkan produksi untuk mengelola pasar minyak tetapi jarang melakukan pemotongan ketika pasar sedang ketat.
Arab Saudi tidak mengutuk tindakan Moskow dan hubungan yang tegang antara kerajaan dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini tetapi gagal untuk mendapatkan komitmen kerja sama yang kuat di bidang energi.