Cina Longgarkan Pembatasan Covid, Harga Minyak Berbalik Naik ke US$ 79
Harga minyak berbalik naik setelah sepanjang pekan lalu merosot hingga mendekati US$ 70 per barel yang dipicu oleh kekhawatiran resesi ekonomi global dan rendahnya permintaan bahan bakar di Cina yang menerapkan kebijakan pembatasan Covid-19 ketat.
Namun pekan ini harga minyak berbalik naik, dengan Brent kembali mendekati level US$ 80 per barel pada perdagangan Selasa (13/12). Bangkitnya harga minyak dipicu oleh gangguan pasokan dan karena Cina mulai melonggarkan kebijakan pembatasan Covid-nya.
Harga minyak Brent hari ini sempat menyentuh US$ 79,60 per barel setelah pekan lalu sempat turun hingga ke US$ 75,11 per barel. Sementara minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) bangkit ke US$ 74,54 per barel setelah sempat terpuruk ke US$ 70,25 per barel.
“Dorongan harga minyak lebih lanjut mengikuti pelonggaran pembatasan Covid-19 di Cina, ancaman produksi Rusia yang lebih rendah sebagai respons terhadap batasan harga G7, dan pemadaman pada pipa Keystone di Amerika,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, seperti dikutip Reuters.
Jadwal untuk memulai kembali operasional pipa minyak Keystone yang dioperasikan TC Energy Corp, yang mengirimkan 620.000 barel per hari (bpd) minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat, masih belum jelas setelah pecah pekan lalu.
Penutupan tersebut telah meningkatkan ekspektasi bahwa persediaan minyak mentah AS akan turun 3,9 juta barel dalam sepekan hingga 9 Desember, menurut jajak pendapat Reuters. Laporan persediaan minyak AS akan diumumkan hari ini oleh American Petroleum Institute.
Gangguan itu terjadi karena volume ekspor dari pelabuhan Laut Baltik dan Laut Hitam Rusia akan menurun bulan ini. Bank investasi Bank of America dan Goldman Sachs mengatakan bahwa pembukaan kembali ekonomi yang berhasil di Cina dapat lebih jauh mendorong harga minyak di atas US$ 90 per barel.
Cina telah membatalkan beberapa pembatasan Covid yang ketat selama seminggu terakhir tetapi tingkat infeksi yang melonjak terus menimbulkan ketidakpastian.
“Inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi tersendat, resesi global menjulang, konsumsi minyak berada di bawah tekanan dan pasokan tidak dapat diprediksi,” kata analis di PVM Oil Associates, Tamas Varga.
Pasar akan terus mencari sinyal dari laporan bulanan OPEC dan Indeks Harga Konsumen AS yang akan dirilis pada hari Selasa. Keputusan bank sentral tentang suku bunga akan dirilis dari Federal Reserve pada hari Rabu, dan Bank of England dan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis.