Pembiayaan Jepang di RI lewat JICA Capai Rp 63 T, Ini Daftar Proyeknya

Happy Fajrian
15 Februari 2023, 07:19
jepang, jica, pembiayaan
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja melintasi proyek MRT Jakarta Fase 2A di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa, (20/9/2022). Proyek MRT merupakan satu dari beberapa proyek yang dibiayai Jepang melalui JICA.

Portofolio pembiayaan Japan International Cooperation Agency (JICA) atau Badan Kerja Sama Internasional Jepang di Indonesia yang saat ini sedang berlangsung dilaporkan telah mencapai 551 miliar yen atau setara lebih Rp 63 triliun.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani di sela acara IMF-JICA Joint Conference di Tokyo, Jepang pada Selasa (14/2). “Pembiayaan JICA di Indonesia bersifat proyek dengan portofolio yang sangat signifikan di bidang infrastruktur,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers IMF-JICA Joint Conference.

Ia memerinci, portofolio pembiayaan tersebut meliputi proyek moda raya terpadu (MRT) di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebesar 227 miliar yen atau Rp 26,02 triliun dan proyek perumahan publik di Kementerian PUPR senilai Rp 204 miliar yen atau Rp 23,38 triliun.

Lalu, proyek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 8 miliar yen atau Rp 916,89 miliar, PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) dan PT Pertamina mendapatkan penerusan pinjaman untuk tiga proyek dengan komitmen sebesar 55 miliar yen atau Rp6,3 triliun, serta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas senilai 7 miliar yen atau Rp 802,28 miliar.

Sri Mulyani menjelaskan JICA memberikan pembiayaan dan perhatian kepada proyek MRT agar transportasi umum tersebut bisa memberikan pelayanan yang lebih lengkap untuk arus mobilitas masyarakat, terutama di Jakarta dan sekitarnya.

JICA juga tertarik dalam pembangunan program sumber daya manusia di Indonesia sehingga memberikan pembiayaan kepada Kemendikbud.

Selain itu, lembaga yang bermarkas di Tokyo ini turut memberi perhatian untuk proyek penanggulangan banjir dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir dengan melakukan berbagai pembangunan di bawah tanah.

“Langkah ini dilakukan melihat semakin tingginya frekuensi bencana alam yang terjadi di seluruh dunia dengan adanya perubahan iklim, termasuk di Indonesia,” kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...