Harga Batu Bara Melonjak Lebih 7% Dipicu Krisis Energi di Asia Selatan

Muhamad Fajar Riyandanu
6 Juni 2023, 13:33
harga batu bara, krisis energi,
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nym.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/2/2023).

Harga batu bara di pasar ICE Newcastle Australia pada Selasa (6/6) melonjak lebih dari 7% dipicu oleh krisis energi di sejumlah negara Asia Selatan seperti Bangladesh dan India.

Batu bara di ICE Newcastle untuk kontrak Juli diperdagangkan di level US$ 143,75 per ton, naik US$ 9,6 atau 7,16% dibandingkan sehari sebelumnya. Sedangkan untuk kontrak Juni diperdagangkan di level US$ 137,75 per ton, naik 5,15%, dan kontrak Agustus US$ 147 per ton, naik 7,03%.

Advertisement

Bangladesh tengah menghadapi krisis energi yang berdampak pada pemadaman beberapa pembangkit listrik. Pada Senin (5/6) kemarin, negara itu menghentikan sementara operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Payra berkapasitas 1,3 giga watt (GW) karena kekurangan bahan bakar batu bara.

Menteri Tenaga, Energi dan Sumber Daya Mineral Bangladesh, Nasrul Hamid, mengatakan negaranya baru akan mengaktifkan kembali PLTU Payra pada pekan terakhir Juni.

"Tidak ada alternatif lain untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, Kami harus menanggung ini selama dua minggu lagi," kata Hamid, dikutip dari Reuters pada Selasa (6/6).

Defisit pasokan batu bara Bangladesh bermula dari persoalan pembayaran akibat keterlambatan Letter of Credit (LC) dengan penyuplai bahan bakar dari Cina, termasuk gas dan batu bara.

Krisis energi di Bangladesh makin parah seiring melonjaknya permintaan listrik untuk pendingin ruangan sejak April lalu. Hal ini menyusul peningkatan suhu domestik karena adanya gelombang panas yang diperkirakan akan terus berlangsung hingga pekan depan.

Pada Minggu (4/6), suhu di ibu kota Dhaka mencapai 38 derajat Celcius. Angka ini naik signifikan dibandingkan sepuluh hari sebelumnya yang berada di 32 derajat Celcius.

Seorang Pejabat Senior Kementerian Tenaga, Energi dan Sumber Daya Mineral Bangladesh, mengatakan bahwa permintaan listrik pada Senin kemarin melampaui pasokan batu bata nasional hingga 18%.

Kekurangan itu terjadi sehari setelah total defisit daya Bangladesh naik ke level tertinggi dalam tiga minggu. Adapun kapasitas pembangkit listrik Bangladesh diperkirakan mencapai 21,7 GW, dengan komposisi lebih dari 50% berbahan bakar gas dan 8% hingga 10% dari batu bara.

"Hanya hujan yang bisa memberi kami sedikit kelegaan karena permintaan listrik berkurang saat hujan," kata pejabat itu, yang menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media.

Pemadaman listrik mengancam sektor industri pakaian jadi Bangladesh, yang menyumbang lebih dari 80% dari ekspor dan pemasok pemasoknya seperti Walmart, Gap Inc, H&M, VF Corp, Zara, dan American Eagle Outfitters.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement