ESDM Incar Penghematan Besar dari Dedieselisasi Pembangkit Listrik
Kementerian ESDM menargetkan penghematan besar dari program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) milik PLN menjadi pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) maupun pembangkit energi terbarukan.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa pemerintah dapat menghemat konsumsi BBM untuk men-generate listrik berkapasitas 1,5 gigawatt (GW) dari dedieselisasi. Hitungan tersebut berasal dari proyeksi penurunan konsumsi diesel sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Setelah mengkonversi PLTD menjadi PLTGU, PLN kemudian akan mengoptimalkan sumber daya gas alam cair (LNG) domestik untuk memasok bahan bakar PLTD. Arifin menjamin harga LNG untuk PLTD bakal menerapkan tarif harga gas bumi tertentu atau HGTB yang dipatok pada kisaran tarif US$ 6 per MMBtu.
“Dedieselisasi pembangkit listrik bisa menghemat 1,5 GW yang sebelumnya bakar diesel ganti LNG dengan tarif HGBT,” kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (9/6).
Adapun program dedieselisasi ini masih berada pada tahap proses lelang dan ditargetkan rampung pada 2024. Sebagai koordinator program dedieselisasi pembangkit, ESDM akan bekerja sama dengan BUMN seperti PLN dan PGN.
Kementerian ESDM juga membuka opsi penggunaan dana Just Energy Transition Partnership atau JETP untuk mengakselerasi program konversi pembangkit listrik tenaga diesel PLTD menjadi PLTGU.
Program yang kerap disebut dedieselisasi itu dinilai menjadi jalan pintas bagi upaya menurunkan emisi karbon dari sektor pembangkit listrik. “Dedieselisasi setahu saya tidak masuk dalam program JETP, mungkin sedang dalam perencanaan untuk masuk ke sana,” ujar Arifin.
Di sisi lain, PT PLN menargetkan konversi PLTD menjadi PLTGU dapat menyentuh 116 megawatt (MW) dengan target beroperasi komersial pada 2027. Dedieselisasi tahap awal itu dibagi menjadi dua klaster, yakni Klaster Sumatra, Kalimantan, Jawa - Madura dan Klaster Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara.
Wakil Kepada Divisi Komunikasi Korporat PLN, Gregorius Adi Trianto, mengatakan bahwa program dedieselisasi merupakan upaya perseroan untuk meningkatkan bauran energi bersih.
"Langkah ini juga sebagai upaya PLN untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dengan memanfaatkan potensi energi lokal dan terjangkau," kata Greg lewat pesan singkat pada Jumat (12/5).
Program dedieselisasi pembangkit listrik itu akan menyasar pada 33 PLTD yang mayoritas terletak Indonesia Timur. Pada program dedieselisasi, pemerintah menargetkan 5.200 unit pembangkit listrik diesel di 2.130 lokasi berkapasitas 2,37 GW yang akan dialihkan menjadi tiga model pembangkit.
Di antaranya, konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke gas atau gasifikasi dengan kapasitas 598 megawatt (MW), konversi PLTD menjadi PLT EBT berkapasitas 500 MW dan perluasan jaringan ke sistem terisolasi untuk meniadakan pembangkit listrik tenaga diesel dengan kapasitas 1.070 MW.
Lebih lanjut, sisa PLTD berkapasitas 203 MW masih digunakan sebagai sistem black-start saat terjadi pemadaman. "Hingga saat ini sudah terdapat sebanyak 41 perusahaan yang berminat dan mengajukan dokumen request for proposal untuk program dedieselisasi di dua klaster tersebut," ujar Greg.