SpaceX dan Mimpi Elon Musk Membangun Peradaban di Mars

Happy Fajrian
15 Februari 2021, 14:05
elon musk, spacex, mars, starship
ANTARA FOTO/REUTERS/Callaghan O'Hare
Purwarupa pesawat ulang alik Starship milik SpaceX terlihat sebelum pendiri SpaceX Elon Musk memberikan informasi terbaru mengenai roket Mars Starshio di Boca Chica, Texas, Amerika Serikat, Sabtu (28/9/2019).

Awal Februari 2021 Space Exploration Technologies Corporation atau lebih dikenal dengan SpaceX melakukan ujicoba peluncuran Starship, sebuah kendaraan transportasi antarplanet atau pesawat luar angkasa, yang didesain untuk bisa sepenuhnya digunakan berulang kali.

Ujicoba ini merupakan bagian dari upaya perusahaan teknologi penjelajahan ruang angkasa Amerika Serikat (AS) besutan orang terkaya di muka bumi ini, Elon Musk, untuk mendaratkan manusia ke planet Mars pada 2026.

Roket buatan SpaceX ini dirancang untuk lepas landas dan mendarat secara vertikal, sekaligus membawa hingga 100 penumpang dalam sekali perjalanan.

Tidak seperti pesawat ulang alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA yang lepas landas dengan bantuan roket dan mendarat seperti layaknya pesawat biasa. Pesawat NASA juga hanya bisa membawa beberapa awak atau astronot.

Tidak ada kendala saat purwarupa ke-9 Starship dengan kode Serial Number 9 (SN9) ini lepas landas dan meluncur hingga ke ketinggian 10 kilometer (km) atau 32.800 kaki. Namun Starship menemui kegagalan dan meledak saat mencoba untuk melakukan pendaratan.

“Kami, sekali lagi, berhasil lepas landas dengan hebat. Kami hanya tinggal mengusahakan pendaratan itu sedikit lagi,” kata insinyur integrasi utama SpaceX, John Insprucker, pada siaran web ujicoba tersebut, seperti dikutip CNBC International, Selasa (2/2).

Ini merupakan kali kedua SpaceX mengujicoba peluncuran Starship. Sebelumnya ujicoba pertama dilakukan pada Desember 2020 menggunakan purwarupa Starship ke-8, SN8. Pada ujicoba ini SN8 juga gagal saat mencoba mendarat secara vertikal.

Setelah kegagalan SN9, SpaceX telah menyiapkan purwarupa Starship berikutnya, SN10 yang siap diujicobakan dalam waktu dekat. Namun belum ada jadwal yang pasti lantaran otoritas administrasi penerbangan AS, Federal Aviation Administration (FAA) masih menginvestigasi kegagalan SN9.

SPACE-EXPLORATION/SPACEX
Purwarupa pesawat luar angkasa Starship buatan SpaceX, SN9 (kiri) dan SN10 (kanan). SPACEX (ANTARA FOTO/REUTERS/Gene Blevins/foc/cf)

Sebenarnya pada 2015 SpaceX berhasil melakukan peluncuran dan pendaratan vertikal roket pendorong Falcon 9. Pada 2018, Falcon Heavy, hasil pengembangan Falcon 9, berhasil lepas landas membawa kargo berupa mobil Tesla Roadster milik Musk yang akan mengorbit hingga ke sabuk asteroid melewati Mars.

Setelah berhasil mengantarkan kargo tersebut ke angkasa, dua roket pendorong sisi Falcon 9, berhasil mendarat kembali di Bumi dengan selamat, sedangkan roket pendorong tengah kehabisan bahan bakar dan hancur jatuh di Samudera Atlantik.

Pada 2019 SpaceX kembali meluncurkan Falcon Heavy. Kali ini misi berhasil dan ketiga roket pendorongnya berhasil mendarat kembali. Sejak itu, roket yang juga didesain untuk membawa awak ini mendapatkan sertifikasi National Security Space Launch dari Angkatan Antariksa AS.

Meski demikian pada 2018 Musk menegaskan bahwa Falcon Heavy tidak akan pernah digunakan untuk membawa astronot, dan tidak akan mengejar human-rating certification yang diperlukan bahwa sebuah kendaraan antariksa aman untuk membawa awak.

Sejak keberhasilan Falcon Heavy, SpaceX berhasil mendapatkan kontrak dengan NASA untuk menyuplai ulang stasiun luang angkasa internasional (International Space Station/ ISS). Hingga 1 Februari 2021, SpaceX telah meluncurkan 21 misi pengiriman kargo ke ISS bersama NASA.

Target Daratkan 1 Juta Orang ke Mars pada 2050

Elon Musk mendirikan SpaceX untuk membuat perjalanan ke luar angkasa lebih terjangkau dengan roket yang didesain untuk bisa digunakan berulang kali. Namun tujuan pamungkas Musk dengan SpaceX-nya adalah untuk mendaratkan manusia di Mars dan membangun peradaban di sana.

Musk pernah mengatakan pada suatu wawancara bahwa awal mula ketertarikannya terhadap luar angkasa dan Mars adalah karena dia merasa kecewa dengan NASA yang setelah mengakhiri program Apollo pada 1972 tidak memiliki target baru untuk ke Mars.

“Saya mengunjungi website NASA untuk mencari tahu kapan kita akan ke Mars, tapi saya tidak bisa menemukan informasi itu. Jadi, mungkin ini masalah tekad. Apakah ada tekad yang cukup kuat (untuk ke Mars)?” kata dia beberapa tahun lalu.

Elon Musk
selebrasi setelah peluncuran roket SpaceX Falcon 9 dan pesawat luar angkasa Crew Dragon pada misi SpaceX Demo-2 NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dari Kennedy Space Center NASA di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (30/5/2020). (Instagram/Elonrmuskk)

Itulah awal mula orang terkaya di muka bumi ini memutuskan untuk membuat dan meluncurkan roketnya sendiri demi menuju Mars. Pada 2018 Musk juga mengutarakan bahwa ada peluang 70% dia akan pindah ke Mars, walaupun mengakui bahwa kemungkinan besar dia akan tewas dalam perjalanan.

Pada sebuah wawancara dengan Clubhouse, sebuah aplikasi jejaring sosial, Musk mengatakan bahwa dia optimistis dapat mendaratkan manusia ke Mars menggunakan Starship pada 2026 dan mulai membangun peradaban manusia di sana.

Ini artinya SpaceX hanya memiliki waktu lebih kurang lima tahun setengah untuk menyempurnakan proses pendaratan kembali Starship. “Tapi yang terpenting adalah kita membangun peradaban manusia yang mandiri di Mars,” ujarnya pada wawancara Clubhouse, seperti dikutip Business Insider, Senin (8/2).

Sebelumnya pada awal Januari 2020, Musk mengatakan bahwa dia berencana mendaratkan 1 juta orang ke Mars hingga 2050. Ini berarti SpaceX harus membuat 1.000 roket Starship dalam 10 tahun, atau 100 Starship per tahun.

SpaceX juga harus meluncurkan setidaknya 3 Starship, yang masing-masing membawa 100 orang, per hari. “Akan ada banyak pekerjaan di Mars!” katanya ketika itu.

Meski demikian target SpaceX untuk mendaratkan manusia ke Mars terus berubah. Pada 2017 lalu Musk mengatakan bahwa dia berencana mengirimkan kargo ke Mars pada 2022 yang diikuti dengan misi berawak setahun kemudian atau 2023.

Namun pada Oktober 2020 target tersebut direvisi menjadi pengiriman roket berisi kargo pada 2024 yang diikuti dengan misi yang membawa manusia pada 2026.

Pakar industri luar angkasa komersial, Greg Autry, mengatakan bahwa menurutnya Musk pasti akan pergi ke Mars, sendiri atau dengan NASA. Tapi bukan pada 2026, melainkan paling cepat 2029 atau 2031.

Jendela waktu ini juga tergantung pada kapan Bumi berada pada posisi yang sejajar dengan Mars, yakni setiap 26 bulan. “Proyek luar angkasa itu menantang dan jarang tepat waktu. (Tapi) ini masalah biaya dan kemauan, Elon memiliki keduanya,” kata Autry.

Menurut Autry, Musk memiliki kerangka waktu yang ambisius pada semua proyek-proyeknya, baik itu di Tesla, SpaceX, maupun Boring Company. Namun biasanya target tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang ditargetkan.

SPACE-EXPLORATION/SPACEX
Operasi misi awak komersial NASA pertama di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Minggu (15/11/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Joe Skipper/hp/cf)

Entitas Swasta Pertama di Bidang Penjelajahan Ruang Angkasa

SpaceX memang “anak” Musk yang paling unik. Pasalnya ketika terbentuk pada 2002 lalu, SpaceX menjadi satu-satunya entitas swasta yang bergerak di bidang penjelajahan ruang angkasa yang mengembangkan roket dan kendaraan antariksanya sendiri.

Sementara entitas serupa lainnya biasanya merupakan lembaga milik pemerintah, seperti NASA di AS, atau LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) di Indonesia.

Namun jika bicara tentang space tourism, SpaceX bukan yang pertama. Pionir di bidang space tourism adalah Space Adventures Ltd., yang menawarkan paket wisata luar angkasa. Sejumlah miliuner dunia telah membayar puluhan juta dolar untuk diterbangkan ke luar angkasa dan “mampir” ke ISS.

Pada 2001 pengusaha AS, Dennis Tito membayar US$ 20 juta untuk diterbangkan ke ISS dan kembali lagi ke Bumi menggunakan pesawat angkasa milik Rusia, Soyuz. Sedangkan Richard Garriot, seorang pengusaha dan pengembang video gim asal AS juga membayar US$ 30 juta untuk tur serupa.

Kemudian ada Space Perspective yang juga menawarkan paket wisata ke luar angkasa menggunakan kendaraan yang diterbangkan dengan balon bernama Spaceship Neptunus. Paket wisata ini “hanya” dibanderol sekitar US$ 125 ribu atau Rp 1,8 miliar.

Walau memiliki target pamungkas untuk mendaratkan manusia ke Mars, SpaceX juga menawarkan perjalanan wisata luar angkasa, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan wisata angkasa luar tersebut.

Pada 2022 SpaceX bekerja sama dengan Axiom Space-1 disebut akan mengirim wisatawan ke ISS menggunakan pesawat angkasa Dragon 2. Pada tahun yang sama SpaceX juga akan menerbangkan empat wisatawan mengorbit bumi selama beberapa hari.

Dengan perkembangan yang berhasil dicapai hingga saat ini, valuasi SpaceX pun terus melambung. Saat ini SpaceX diperkirakan bernilai US$ 60 miliar atau Rp 838,2 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.970/US$.

Valuasi tersebut akan mencapai US$ 92 miliar jika SpaceX berhasil menutup putaran pendanaan pada akhir bulan ini dengan harga saham antara US$ 325 – 350.

Elon Musk memang memiliki sejumlah gurita bisnis. Setelah sukses dengan PayPal, yang berhasil ia jual ke eBay senilai US$ 1,5 miliar pada 2002, Musk beralih ke mobil listrik sebagai investor, CEO, dan perancang produk-produk Tesla.

Musk juga merupakan co-founder Neuralink yang bergerak pada bidang teknologi syaraf, dan OpenAI yang bergerak pada laboratorium riset berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Tesla kini berkembang menjadi penguasa pasar mobil listrik dunia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...