Grab Raih Pendanaan Rp 2,9 Triliun dari Modal Ventura Korea Selatan
Perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab dikabarkan menggalang dana sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun (kurs Rp 14.716) dari perusahaan modal ventura asal Korea Selatan (Korsel), Stic Investment.
Menurut sumber Bloomberg, Stic Investment bakal menginvestasikan US$ 100 juta dari dananya sendiri sedangkan sisanya bakal berasal dari co-investornya. Stic disebutkan tengah berupaya untuk memperluas jangkauannya ke Asia Tenggara.
Meski demikian, Grab menolak berkomentar ketika Katadata.co.id mengkonfirmasi kabar tersebut. "Kami tidak berkomentar terkait spekulasi di pasar," ujar juru bicara Grab kepada Katadata.co.id, Selasa (4/8).
Adapun suntikan modal ini bertujuan untuk membantu Grab bangkit seiring kejatuhan bisnis berbagi tumpangan (ride hailing) global yang terpukul pandemi corona. Grab, yang saat ini diperkirakan bernilai sekitar US$ 14 miliar (Rp 206 triliun) ini, diketahui telah mem-PHK 360 karyawannya untuk efisiensi.
Pendanaan sebesar Rp 2,9 triliun ini diharapkan dapat membantu Grab untuk bangkit dan bersiap dalam menghadapi kondisi bisnis yang masih penuh tekanan ke depannya.
"Ada banyak ketidakpastian mengenai kedalaman dan durasi pandemi, dan kami tidak tahu berapa lama resesi ekonomi akan berlangsung," ujar juru bicara Grab seperti dikutipTech in Asia, Senin (3/8).
Stic Investment yang berdiri pada 1999 fokus dalam menumbuhkan modal investasi, pembelian, dan transaksi di pasar sekunder. Menurut laman resminya, Stic berinvestasi pada perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan intrinsik, yang lebih terbuka untuk membentuk kemitraan.
Beberapa investasinya antara lain pada raksasa hiburan Korea YG Entertainment, platform on-demand dan layanan sehari-hari asal India Dunzo, Grup Joyvio Tiongkok, serta cabang agribisnis dan makanan dari Legend Holdings.
Sebagai informasi, menurut riset yang dikeluarkan oleh ABI Research, Grab memimpin pasar transportasi online di Indonesia dan Vietnam, dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 64% dan 74%.
Adapun Gojek sebagai pesaing utama Grab hanya memiliki pangsa pasar sebesar 35,3% di Indonesia dan 10,3% di Vietnam. ABI menyebutkan dominasi Grab di kedua negara ini lantaran Grab berhasil mengakomodir permintaan masyarakat melalui layanan GrabExpress, GrabFood, GrabFresh, dan GrabFinancial.
Berbagai Pendanaan Grab
Grab sebelumnya mengumpulkan total hampir US$ 10 miliar atau sekitar Rp 147 triliun dari investor seperti SoftBank, Mitsubishi UFJ Financial Group, Toyota, Experian, Microsoft, dan Goldman Sachs.
Pertengahan Juli lalu, Grab dikabarkan dalam pembicaraan dengan bank untuk mengumpulkan dana hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun. Negosiasi ini terkait fasilitas pinjaman (loan facility).
Kabar tersebut diungkapkan oleh dua sumber DealStreetAsia. Katadata juga sudah mengonfirmasi kabar ini kepada Grab. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini diturunkan.
Akan tetapi, Grab Financial memang dikabarkan tengah mencari investasi US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,55 triliun sejak awal tahun ini. Dana segar itu akan digunakan untuk memperkuat merek, sehingga unit bisnis Grab ini bisa beroperasi secara mandiri.
Informasi itu diungkapkan salah satu eksekutif yang mengetahui persoalan tersebut, kepada FinanceAsia. “Tidak jelas apakah dana US$ 300 juta akan berasal dari investasi luar, suntikan tunai dari Grab atau campuran keduanya,” demikian dikutip dari FinanceAsia, pada Maret lalu (17/3).
Sedangkan Grab sudah mendapatkan pendanaan US$ 850 juta atau sekitar Rp 11,84 triliun dari investor Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc dan TIS Inc akhir Februari (25/2). Dana segar ini akan digunakan untuk menyediakan layanan keuangan yang dapat diakses konsumen di Asia Tenggara.
Bank terbesar di Jepang, MUFG akan menginvestasikan US$ 706 juta atau sekitar Rp 9,84 triliun. Sedangkan TIS menanamkan modal US$ 150 juta atau Rp 1,46 triliun.
Di bawah kemitraan dengan MUFG, Grab mengembangkan produk dan layanan keuangan generasi berikutnya berdasarkan insight dari data pelanggan yang dianalisis. Lalu, Grab dan TIS akan meningkatkan infrastruktur pembayaran digital di Asia Tenggara dan Jepang.