Startup Perikanan Banoo Raih Rp 270 Juta dalam Kompetisi WE Innovate
Startup teknologi perikanan asal Indonesia, Banoo, mendapatkan hadiah senilai £ 15.000 atau sekitar Rp 270 juta pada program kewirausahaan wanita bernama WE Innovate. Banoo telah menjadi perwakilan pertama dan satu-satunya dari Indonesia dalam sejarah program tersebut.
Banoo mendapatkan hadiah dalam Final WE Innovate yang digelar 22 Juni. Pada final tatap muka, lima finalis saling berhadapan dengan harapan memenangkan bagian dari hadiah senilai £ 30.000 atau sekitar Rp 360 juta.
Program WE Innovate merupakan program kewirausahaan wanita yang dijalankan oleh akselerator startup wanita di Imperial College London, yakni Imperial Enterprise Lab.
Selama delapan tahun terakhir, program ini telah memberikan berbagai peluang bagi wanita yang tertarik dengan kewirausahaan, mulai dari pengembangan ide bisnis, keterampilan kewirausahaan, hingga meningkatkan investasi serta jaringan.
Banoo berhasil meraih hadiah dalam program tahun ini karena dinilai telah mendukung petani ikan di Indonesia menjadi lebih produktif. "Program ini sangat membantu kami, mulai dari intelectual property (IP) hingga penemuan pelanggan," kata pendiri Banoo Selly Shafira dalam siaran pers, Rabu (28/6).
Banoo didirikan oleh Selly Shafira yang juga merupakan mahasiswa Imperial College Business School. Ia juga merupakan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia bersama rekan-rekannya ketika di UGM yakni Fajar Sidik Abdullah Kelana, Lakshita Aliva Zein, Muhammad Adlan Hawari, dan Fakhrudin Hary Santoso mendirikan Banoo pada 2018.
Banoo mengembangkan teknologi akuakultur yang terjangkau dan terintegrasi bagi pembudidaya ikan. Teknologi ini berfungsi untuk memantau dan memecahkan masalah kualitas air secara real-time melalui sistem Internet of Things (IoT), termasuk sistem aerasi microbubble, sensor kualitas air, serta aplikasi seluler.
Teknologi Banoo memungkinkan pembudidaya untuk memantau kolam mereka dari jarak jauh. Selain itu, teknologi dari Banoo mampu menyemprotkan oksigen yang merata hingga membuat metabolisme ikan meningkat dan nafsu makannya bertambah.
Alhasil, masa panen menjadi lebih pendek dari empat bulan menjadi tiga bulan. Pembudidaya ikan pun dapat meraup pendapatan lebih banyak, karena produktivitas meningkat.
Banoo menyasar pasar pembudidaya karena potensinya besar di Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat bahwa pelaku usaha perikanan budidaya tanah termasuk tambak terus tumbuh di masa pandemi Covid-19. Panen komoditas sektor ini pun diproyeksi mencapai 450 ribu ton.
Komoditas perikanan budidaya meliputi ikan air tawar, laut non-udang, dan udang. Panen ikan air tawar diprediksi 341.494 ton, budidaya ikan laut non-udang 4.400 ton, dan udang 104.941 ton.
