Komitmen Pemerintah untuk Dorong Energi Baru Dipertanyakan

Image title
3 Juni 2021, 12:54
energi baru terbarukan, pengembangan ebt
ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Warga mengecek Panel Surya di Pantai Bakti Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (7/10/2019).

Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia hingga kini masih terbilang cukup rendah. Terbukti dari realisasi bauran EBT yang pada 2020 baru mencapai 11%. Padahal pemerintah menargetkan bauran EBT di sektor energi sebesar 23% pada 2025.

Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menilai transisi energi fosil ke energi terbarukan di Indonesia perlu political will dan kerja ekstra. Bauran energi fosil yang mencapai 70% lebih dari total energi primer, dengan EBT yang hanya di kisaran 9% harus segera ditingkatkan secara bertahap.

"Setiap penugasan dari pemerintah kepada PLN idealnya difokuskan pada pengembangan EBT. Jika ada komitmen jelas dari PLN maka pemain swasta pun akan tertarik berinvestasi di sektor EBT," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (3/6).

Simak target bauran energi Indonesia pada databoks berikut:

Di samping itu, devisa dari sektor batu bara saat ini cukup tinggi dan sedikit menjadi penghambat pengembangan transisi energi. Namun selama ini uang hasil penjualan tersebut sebagian disimpan di bank luar negeri, dan dana yang berputar di Indonesia masih sedikit dikonversi ke rupiah.

"Artinya meski dari devisa penyumbang besar, tapi kebermanfaatan bagi likuiditas rupiah di dalam negeri masih terus diperdebatkan. Buktinya BI keluarkan berbagai insentif untuk menarik DHE (devisa hasil ekspor) sehingga cepat dikonversi ke rupiah," ujar Bhima.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...