Teknologi Tangkap Karbon Mahal, PLN Pilih Ultra Supercritical di PLTU

Image title
3 Juni 2021, 14:31
pltu, pln, emisi karbon
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Foto udara cerobong di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin di Desa Sijantang, Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, Kamis (17/10/2019).

PLN menggencarkan upaya untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) atau gas rumah kaca. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan memanfaatkan teknologi pada sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk mengurangi tingkat emisinya.

Ada dua teknologi yang dipertimbangkan PLN, yakni carbon capture and storage (CCS) atau penangkapan dan penyimpanan karbon, dan super ultra critical pada PLTU.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Syahril mengatakan bahwa pihaknya memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan teknologi yang akan dipakai untuk menurunkan emisinya. Menurutnya, teknologi penangkapan karbon efektif untuk menurunkan emisi, namun biayanya mahal.

"Teknologi carbon capture saat ini masih relatif mahal. Kalau digunakan untuk PLTU, akan menambah biaya pokok penyediaan (BPP) listrik," ujar dia kepada Katadata.co.id, Kamis (6/3).

Oleh karena itu, PLN lebih memilih menggunakan teknologi ultra supercritical untuk menekan tingkat emisi yang dihasilkan PLTU yang dinilai lebih efisien dibandingkan CCS. "Yang paling bagus adalah kita memiliki hutan yang sebagai sarana carbon capture alami," kata Bob.

Simak sebaran lokasi PLTU di Jawa Barat pada databoks berikut:

Bob menegaskan bahwa PLN memiliki target untuk menjadi netral karbon pada 2060. Oleh karena itu penggunaan teknologi penurun emisi di PLTU krusial dalam menekan emisi, sebelum semuanya beralih ke pembangkit energi baru terbarukan (EBT).

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...