Jokowi Tekankan Transformasi Hijau dan EBT Demi Dongkrak Perekonomian
Presiden Joko Widodo alias Jokowi menekankan pentingnya transformasi ekonomi berbasis teknologi hijau disertai dengan transformasi menuju ke arah energi baru dan terbarukan (EBT) dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut dia teknologi hijau akan berdampak penting bagi akselerasi perekonomian RI ke depan. Untuk itu, konsolidasi kekuatan riset terus digenjot agar sejalan dengan agenda pembangunan nasional. Hal ini juga sejalan dengan komitmen para pemimpin global saat ini.
"Transformasi menuju energi baru dan terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau, akan menjadi perubahan penting dalam perekonomian kita," kata Jokowi dalam pidato Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD, Senin (16/8).
Dalam pidatonya, Jokowi memaparkan realisasi investasi indonesia hingga Juni 2021, tidak termasuk sektor hulu migas dan jasa keuangan, sedikitnya telah mencapai Rp 442,8 triliun. Rinciannya 51,5% di luar Jawa, dan 48,5% di Jawa.
Investasi tersebut setidaknya telah menyerap lebih dari 620 ribu tenaga kerja. Ia pun menargetkan penambahan investasi di beberapa bulan mendatang dapat mencapai Rp 900 triliun.
Menurut Jokowi perkembangan investasi harus menjadi bagian terintegrasi dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, peningkatan kelas pengusaha UMKM menjadi agenda utama.
Adapun berbagai kemudahan telah disiapkan untuk menumbuhkan UMKM, termasuk kemitraan strategis dengan perusahaan besar, agar cepat masuk dalam rantai pasok global. Dengan begitu ia berharap dapat meningkatkan daya saing produk UMKM, serta meningkatkan pemerataan dan kemandirian ekonomi masyarakat.
"Ekosistem investasi dan kolaborasi di dunia usaha ini juga dimaksudkan untuk memperkuat perkembangan ekonomi berbasis inovasi dan teknologi, khususnya ke arah ekonomi hijau dan ekonomi biru yang berkelanjutan," katanya.
Peran Penting PLN
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya mengungkapkan bahwa pasar global saat ini lebih fokus pada produk industri yang ramah lingkungan. Menurut dia, PLN akan menjadi salah satu pilar untuk mendorong produk industri ramah lingkungan dengan menyediakan pasokan listrik bersih berbasis EBT.
Hal itu demi meningkatkan daya saing industri. Pasalnya pelaku pasar global saat ini lebih memilih produk industri yang memiliki jejak karbon (carbon footprint) yang rendah seiring dengan ancaman perubahan iklim.
Dengan begitu, PLN diharapkan dapat mendukung industri pengolahan atau manufaktur domestik dalam setiap proses produksinya agar lebih memperhatikan lingkungan.
"Kalau PLN gak bertransformasi, listrik gak ramah lingkungan, hasil produksi negara kita juga gak diakui di negara lain. Ini gak bisa ditawar," ujar Erick beberapa waktu lalu.
Pemerintah menurut dia terus mengawal dan memastikan agar PLN tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Erick pun meminta agar transformasi yang dijalankan PLN tidak hanya berkutat pada perusahaan saja, namun juga secara budaya dan sumber daya manusia.
"Setop permainan proyek yang gak penting. Komisaris direksi sudah buktikan gimana. Terima kasih sudah menekan capex (capital expenditure/belanja modal) 24%. Itu luar biasa. Kesehatan PLN paling penting," katanya.