Shell, BP, hingga Eni Jual Aset Migas Rp 775 Triliun demi Transisi EBT

Happy Fajrian
12 Januari 2022, 06:00
migas, eropa, shell, transisi energi, ebt, energi terbarukan
Medco Energi
Rig pengeboran migas.

Lima perusahaan energi terbesar Eropa, yakni BP (Inggris), Royal Dutch Shell (Belanda), TotalEnergies (Prancis), Equinor (Norwegia), dan Eni (Italia), dilaporkan mulai mengurangi investasi mereka di bisnis minyak dan gas (migas) seiring transisi energi menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang rendah karbon.

Perusahaan-perusahaan tersebut berencana menggunakan keuntungan yang mereka dapat dari lompatan harga migas sepanjang 2021, untuk mengembalikan uang investor yang ingin beralih ke aset yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Advertisement

Keuntungan tersebut biasanya diinvestasikan kembali pada proyek baru untuk meningkatkan produksi dan cadangan migas. Namun tahun ini perusahaan perusahaan tersebut diperkirakan mengembalikan uang investor hingga US$ 54 miliar (lebih dari Rp 775 triliun) dalam bentuk dividen dan pembelian kembali saham.

“Semua perusahaan migas besar mengurangi (portofolionya) hingga ke tingkat tertentu, dengan menjual aset yang sudah tua dan beralih ke aset yang memberikan pengembalian investasi yang lebih besar bagi pemegang saham,” kata Manajer Portofolio BP Capital Fund Advisors, Ben Cook, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (12/1).

Hal ini seiring meningkatnya tekanan dari investor, aktivis lingkungan, dan pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim. Meskipun di tengah prospek harga dan permintaan minyak yang masih kuat tahun ini.

Seperti yang dilakukan Shell ketika menjual bisnis minyak serpih (shale oil) di Amerika Serikat (AS) senilai US$ 9,5 miliar (sekitar Rp 135 triliun) pada September 2021 dengan sekitar US$ 7 miliar (Rp 100 triliun) dikembalikan kepada investor.

Produksi Diperkirakan Turun 15%

Dengan berkurangnya investasi pada proyek baru, produksi minyak kelima perusahaan energi terbesar Eropa tersebut diperkirakan turun 15% menjadi di bawah 6 juta barel per hari (bph) pada 2030, setelah mencapai puncaknya sekitar 7 juta bph pada 2025.

BP (Inggris) dilaporkan bakal memangkas produksi minyaknya hingga 40% atau sekitar 1 juta bph pada 2030 dari level produksi 2019. Sedangkan Shell mengatakan produksi minyaknya telah mencapai puncak pada 2019, sementara Eni mengatakan produksinya akan stabil pada 2025.

Penurunan tajam yang sudah terlihat dalam investasi dalam pengembangan minyak baru oleh perusahaan-perusahaan Eropa dalam beberapa tahun terakhir telah membantu mendorong harga minyak jangka panjang lebih tinggi di tengah ekspektasi pasokan yang lebih rendah dari permintaan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement