Tak Terapkan Co-firing, PLTU Tanjung Jati Terkendala Masalah Teknologi

Muhamad Fajar Riyandanu
4 Juli 2022, 18:00
pltu tanjung jati, co firing, bio mas
Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
PLTU Tanjung Jati belum mengimplementasikan co-firing biomassa dengan batu bara karena boiler yang tidak sesuai serta kendala pasokan biomassa.

Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan transisi energi dan menurunkan emisi karbon adalah melalui implementasi co-firing batu bara dengan biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Namun PLTU Tanjung Jati B di Jepara tak kunjung mengimplementasikan co-firing.

General Manager PT PLN Unit Induk Tanjung Jati B Hari Cahyono mengatakan bahwa implementasi co-firing di PLTU Tanjung Jati B terkendala teknologi dan minimnya pasokan bahan bakar biomassa. Teknologi boiler di PLTU tersebut hanya bisa digunakan untuk batu bara dengan kualitas 5.200-5.700 kcal per kg.

Menurut Hari, metode co-firing hanya bisa diterapkan pada boiler PLTU yang mengonsumsi batu bara kalori rendah di kisaran 4.000 kcal per kg hingga 4.200 kcal per kg, seperti milik PLTU Batang.

"Prioritas untuk PLTU mana yang kami implementasi co-firing adalah pembangkit-pembangkit yang menggunakan batu bara kalori rendah dan medium. Tetapi kami juga sudah melakukan uji coba (co-firing)," kata General Manager PT PLN Unit Induk Tanjung Jati B Hari Cahyono saat ditemui di lokasi pada Jumat (1/7).

Sebagai informasi, boiler adalah peralatan utama pada PLTU yang berfungsi mengubah air dari fasa cair menjadi fasa uap yang memiliki tekanan dan suhu tertentu untuk menggerakan turbin.

Metode co-firing diklaim dapat menurunkan emisi karbon karena mencampur batu bara dengan biomassa untuk pembangkit listrik. Ada beberapa macam bahan bisa dugunakan sebagai bahan campuran, seperti kepingan kayu, serbuk kayu, sampah, cangkang kelapa sawit hingga sekam padi.

Selain itu, Hadi menjelaskan bahwa PLTU Tanjung Jati B masih mencari ketersediaan feed stock yang menjamin rantai pasok bahan bakar biomassa. "Kalau kami hanya mengambil spot itu tidak berkelanjutan," sambungnya.

Guna menjamin ketersediaan pasokan biomassa, PLN bekerjsa sama dengan Perhutani untuk membangun Hutan Tanam Energi (HTE) yang diperuntukkan sebagai suplai kayu. Hari melanjutkan, hingga saat ini kontribusi co-firing menyumbang 1% dari pasokan listrik di Jawa-Bali.

"Kami baru uji coba dan sudah melakukan pembakaran dengan biomass tapi belum continue. Belum bisa dikatakan menggantikan batu bara berapa persen. Sekarang masih dalam penjakakan dalam sisi feed stock," ujar Hari.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) tidak memiliki wewenang untuk mengatur target dan capaian PLTU di dalam penerapan co-firing.

Menurutnya, lembaga yang berwenang mengatur target maupun capaian co-firing adalah Direktorat Jenderal Ketenagalistrikkan Kementerian ESDM. Adapun peran Pemprov Jawa Tengah hanya terbatas pada menjamin pasokan material biomassa untuk menjaga keberlangsungan co-firing.

Pada usulan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023, pihak Dinas ESDM Jawa Tengah mengusulkan anggaran senilai Rp 11 miliar untuk pengembangan energi baru dan terbarukan.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...