Pemerintah Targetkan Kapasitas Panas Bumi Capai 22 GW pada 2060
Kementerian ESDM terus mendorong laju pertumbuhan pengembangan energi panas bumi atau geothermal demi mengejar target 3,3 gigawatt (GW) sumber listrik bersih dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hingga tahun 2030 dan 22 GW pada 2060.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan Indonesia bisa menjadi pimpinan negara penghasil panas bumi terbesar di dunia, melampaui Amerika Serikat.
"Sudah ada rencana pengadaan di rencana usaha penyediaan tenaga listrik dengan target untuk menambah 3,3 GW dalam 10 tahun, Indonesia akan mempercepat implementasinya," ujarnya pada agenda Paviliun Indonesia di COP27 bertajuk Achieving the Net Zero Goal Through Enviromentally-Friendly Geothermal Renewable Energy Operations, Selasa (8/11).
Untuk menemukan cadangan panas bumi, pemerintah menggulirkan program 'goverment drilling' yang bertujuan untuk mengembangkan geothermal di beberapa wilayah potensial lewat pendanaan daerah atau APBD untuk melakukan eksplorasi pengeboran.
Setelah cadangan ditemukan, pemerintah akan membuka tender terbuka. Adapun mekanisme itu telah dilakukan sejak tahun lalu di dua lokasi di wilayah Jawa dan di Nusa Tenggara Timur. Satu berhasil, sementara satu proyek lainnya mengalami hambatan di awal. Menurut Dadan, implementasi di lapangan tak selalu berjalan mulus.
"Panas bumi adalah bisnis yang berisiko tinggi, khususnya untuk eksplorasi. Namun begitu mendapatkan cadangan dari eksplorasi dan berhasil dengan proses pengeboran, maka Anda telah menemukan emas di bisnis panas bumi," ujar Dadan.
Dadan menyebut, pemerintah kini mendorong adanya sinergi dari tiga lembaga negara yang mengurusi soal energi, wabil khusus energi terbarukan. Tiga institusi tersebut yakni Pertamina, PLN, dan PT Geo Dipa Energi yang berada di bawah Kementerian Keuangan.
Pada kesempatan tersebut, Dadan juga mengatakan pengembangan panas bumi kerap sejalan dengan upaya konservasi lahan. Seperti yang diperlihatkan di PLTP Kamojang di Jawa Barat dengan kapasitas daya terpasang 235 megawatt (MW).
Selanjutnya ada PLTP Gunung Drajat berkapasitas 270 MW dan PLTP Gunung Salak di Jawa Barat yang memiliki kapasitas 376,8 MW. Keberadaan tiga PLTP itu disebut tak mengganggu kawasan hutan di sekelilingnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menargetkan kapasitas PLTP pada 2035 mencapai 9.300 MW. Pada tahun lalu, Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, Harris, mengatakan selisih kapasitas terpasang PLTP akan dipenuhi dalam empat belas tahun ke depan.
Untuk memenuhi target tersebut dibutuhkan biaya sebesar US$ 28,5 miliar atau Rp 404,7 triliun. Perkiraannya investasi PLTP untuk 1 MW dibutuhkan US$ 4 juta. "Dengan target kapasitas tambahan hingga 2035 sebesar 7.125 MW, dibutuhkan sekitar US$ 28,5 miliar," kata Harris kepada Katadata.co.id, Senin (4/10).