Korsel Berminat Jadi Mitra Indonesia Kembangkan Pembangkit Nuklir

Muhamad Fajar Riyandanu
16 Mei 2023, 15:33
pembangkit listrik tenaga nuklir, pltn, korea selatan,
123rf.com/Vaclav Volrab
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir, PLTN.

Korea Selatan atau Korsel mengajukan diri untuk bergabung di dalam proyek kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berteknologi Small Modular Reaktor (SMR) berkapasitas 77 megawatt di Kalimantan Barat.

Komitmen tersebut ditujukan dengan mengirim delegasi Wakil Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korsel, Jang Young Jin untuk menghadap Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kantor Kementerian ESDM pada Senin (15/5) kemarin.

Advertisement

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa proses kerja sama pengembangan nuklir yang melibatkan empat negara, yakni Amerika Serikat, Jepang, Indonesia, dan Korsel, ini masih dalam proses pengembangan.

Rencana kerja kemitraan ini sebelumnya telah ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung Y. Kim.

Seremoni tersebut juga melibatkan Wakil Asisten Utama Menlu AS Ann Ganzer, dan Badan Perdagangan dan Pembangunan AS atau USTDA pada 18 Maret lalu. Di bawah perjanjian ini, USTDA telah memberikan hibah senilai US$ 1 juta kepada PLN Indonesia Power sebagai pendanaan untuk penilaian kelayakan teknis.

PLN Indonesia Power selanjutnya menggandeng perusanaan perancang reaktor mudolar nuklir mini asal AS, NuScale Power, untuk melakukan pendampingan dalam kemitraan dan JGC Corporation di Jepang.

"Indonesia telah menjalin kerja sama ini dengan Jepang dan AS, Korea Selatan juga ternyata bergabung melalui kemitraan dengan Jepang, untuk pengembangan teknologi SMR ini. Jadi Indonesia membuka kerjasama dengan banyak pihak," kata Dadan lewat pesan singkat pada Selasa (16/5).

Kendati sudah membentuk aliansi kerja sama, PLTN skala kecil itu belum dapat direalisasikan dalam waktu dekat. Alasannya, Indonesia harus lebih dulu menunggu pembangunan dan operasional PLTN SMR di AS dan Rumania pada 2029.

"Terkait pembangunan di Indonesia, masih harus menunggu PLTN ini dibangun dan beroperasi secara komersial di negara lain. Jadi dari sisi waktu pembangunan untuk Indonesia, ya setelah 2030," ujar Dadan.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement