Rencana Stimulus AS Rp 66.000 T Dongkrak Bursa Asia, IHSG Turun 0,95%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 38,03 poin atau 0,95% ke level 3.951,48 pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (24/3). Padahal IHSG sempat kembali ke level 4.000-an tak lama setelah perdagangan dimulai tepatnya di level 4.123,56 atau naik 3,36%.
Bursa saham dalam negeri pun menjadi satu-satunya bursa saham di Asia yang terkoreksi. Adapun hingga berita ini ditulis indeks Kospi di bursa Korea Selatan memimpin dengan naik 6,32%, disusul indeks Nikkei di bursa Jepang yang naik 5,75%.
Selain itu indeks Hang Seng di bursa Hong Kong naik 3,75%, indeks Straits Times di Singapura naik 3,26%, indeks KLSE di Malaysia naik 2,84, indeks SETI di Thailand naik 1,36%, serta indeks Shanghai Composite Tiongkok naik 1,30%.
Kebangkitan bursa saham Asia didorong oleh rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve (Fed) untuk menerapkan kebijakan quantitative easing (QE) untuk meredam dampak pandemi corona di pasar keuangannya.
(Baca: Pandemi Corona Dalam Negeri Meluas, IHSG Diramal Kembali Anjlok)
Fed menyatakan akan menyediakan dana tak terbatas untuk membeli aset-aset di pasar keuangan untuk menstabilkan pasar. Analis memperkirakan paket kebijakan ini akan bernilai US$ 4 triliun (sekitar Rp 66.000 triliun) yang juga akan berbentuk pinjaman kepada perusahaan non finansial.
“Kebijakan QE yang sangat masif ini memberikan sinyal yang sangat kuat bahwa Fed akan melakukan apapun yang dibutuhkan untuk menjaga integritas dan likuiditas pasar keuangan, dan pasar aset lainnya,” kata ekonom NAB David de Garis, dikutip Reuters, Selasa (24/3).