Tekanan Bursa Saham Imbas Corona Dinilai Lebih Berat dari Krisis 2008

Happy Fajrian
20 Maret 2020, 21:34
ihsg, pandemi corona, virus corona, krisis keuangan global 2008
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Layar informasi pergerakan harga saham yang memerah di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Analis menilai tekanan yang dihadapi IHSG dari pandemi corona lebih parah dibandingkan tekanan krisis keuangan global 2008.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini telah amblas hingga 2.104,59 poin atau 33,41% dari level 6.299,54 pada penutupan akhir 2019 ke level 4.194,94 pada penutupan hari ini, Jumat (20/3). Penurunan ini seiring penyebaran virus corona Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan dunia.

Namun, ini bukan pertama kalinya indeks menghadapi krisis dan terkoreksi signifikan. IHSG sempat jatuh hingga 59,5% ketika krisis 2008 menghantam. Meski poin yang hilang dari IHSG ketika itu hanya 1.683,98 atau 420,61 poin lebih rendah jika dibandingkan dengan yang terjadi saat ini.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan bahwa tekanan yang dihadapi pasar modal Indonesia saat ini jauh lebih buruk dibandingkan krisis 2008 yang berasal dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS).

“Pada 2008 meski krisis mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan global dan merembet ke Indonesia, setidaknya investor tahu apa yang dihadapi. Sedangkan kali ini ‘lawan’ investor adalah virus yang tak bisa diprediksi,” ujarnya Nafan kepada Katadata.co.id, Jumat (20/3).

(Baca: Investor Sambut Langkah Jokowi Beli Obat Corona, IHSG Melejit 2,2%)

Senada, Direktur Anugrah Mega Investama, Hans Kwee menilai pasar kali ini menghadapi masalah yang sangat berbeda dengan krisis 2008. Ketika itu, kata Hans, pasar benar-benar menghadapi krisis keuangan. 

“Jadi market turun sampai 60%. Kalau sekarang, market turun karena menghadapi masalah kesehatan, bukan masalah ekonomi,” ujarnya kepada Katadata.co.id.

Namun, dia mengakui bahwa krisis kesehatan akibat Covid-19 ini merembet ke sektor riil yang menciptakan kepanikan di kalangan investor. Hal ini disebabkan lockdown yang berlaku di Tiongkok yang merupakan asal mula penyebaran corona, membuat rantai pasok dunia terganggu.

Adapun pada 2008 IHSG berbalik naik atau rebound  setelah kekhawatiran global berkurang setelah krisis yang bersumber dari gelembung properti di AS sudah mulai teratasi.

(Baca: Sempat Jatuh ke Level 3.000, Bursa Indonesia Sesi I Terburuk di Asia)

Untuk krisis kali, Hans tidak dapat memprediksi kapan IHSG akan rebound. Dia memprediksi IHSG bakal terus terkonsolidasi hingga ke level 3.000-an selama pandemi corona berlangsung. “Indeks masih ada potensi untuk terkonsolidasi, reli di pasar masih akan sangat terbatas,” ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...