Inflasi dan Rupiah Stabil, BI Diprediksi Pangkas Lagi Bunga Acuan

Agatha Olivia Victoria
19 September 2019, 12:17
suku bunga, bank indonesia, bunga acuan BI
Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi Gedung Bank Indonesia. Ekonom memprediksi Bank Indonesia akan mengikuti jejak The Fed memangkas suku bunga acuan. Pertimbangannya yaitu inflasi dan nilai tukar rupiah yang stabil.

Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Kamis (19/9) akan mengumumkan arah kebijakan moneter ke depan. Salah satu kebijakan yang akan diputuskan BI hari ini yakni kebijakan suku bunga acuan atau BI-7 days repo rate (BI7RR).

Pengumuman ini merupakan hasil keputusan dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang telah berlangsung sejak kemarin, Rabu (18/9).  Sejumlah ekonom pun optimis pada siang ini BI akan kembali memangkas suku bunga acuannya.

Advertisement

Salah satunya yakni Ekonom Permata Bank Josua Pardede. Ia memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%. "Pemangkasan mempertimbangkan kestabilan harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta perkembangan nilai tukar rupiah," ucap Josua.

Menurut ia, laju inflasi cenderung stabil di tengah ekspektasi yang cenderung terjangkar dalam target sasaran BI. Adapun target inflasi BI berada di kisaran 3,5±1% hingga akhir tahun ini.

(Baca: Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Menguat 0,15% ke Rp 14.078 per Dolar)

Nilai tukar rupiah cenderung stabil dalam sebulan terakhir, dengan turunnyavolatilitas rupiah secara rata-rata. Penurunan terindikasi dari one-month implied volatility yang turun menjadi 6,4% saat dari rata-rata Agustus yang tercatat sekitar 7,6%. "Rupiah secara rata-rata menguat sekitar 1% ke level Rp 14.100 per dolar AS sepanjang bulan September ini," kata Josua.

Terkendalinya laju inflasi serta stabilnya nilai tukar rupiah juga ditopang oleh ekspektasi penurunan defisit transaksi berjalan. Hal ini ia sebutkan sejalan dengan membaiknya neraca perdagangan sepanjang kuartal III-2019 tahun ini. 

Perbaikan defisit transaksi berjalan didorong oleh penurunan laju impor yang lebih besar dibandingkan penurunan laju ekspor. Namun demikian, penurunan laju impor tersebut mengindikasikan bahwa realisasi investasi cenderung stagnan, terutama di tengah tren perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi pertumbuhan permintaan domestik. 

Mempertimbangkan tingkat inflasi yang terkendali, stabilnya nilai tukar rupiah, dan perbaikan defisit transaksi berjalan, maka ruang pelonggaran kebijakan moneter menjadi terbuka.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement