Usai Terkoreksi 6% Karena Isu Pajak, Saham Adaro Kembali Menghijau

Image title
10 Juli 2019, 17:36
adaro energy, penghindaran pajak, saham adaro turun
KATADATA/
Saham Adaro anjlok nyaris 6% dalam tiga hari terakhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Salah satu sentimen penyebabnya yaitu dugaan penghindaran pajak yang dilakukan Adaro pada periode 2009-2017.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sejak penutupan perdagangan Jumat (5/7) hingga Selasa (9/7) melaju di zona merah dengan terkoreksi hingga 5,98% yakni dari level Rp 1.420 per saham per Kamis (4/5) menjadi Rp 1.335 pada Selasa (9/7).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, laju negatif harga saham Adaro beberapa hari terakhir tersebut terkait isu penghindaran pajak Adaro ke offshore network. "Otomatis, sepertinya pelaku pasar ada sentimen pemberitaan tersebut," kata Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (10/7).

Namun, anjloknya saham Adaro dalam dua hari tersebut, dinilai Nafan tidak hanya terkait oleh isu-isu miring terkait penghindaran pajak saja. Menurutnya, harga saham Adaro sudah relatif menarik dalam valuasi harga saham yang menarik. Sehingga banyak investor yang mengambil untung (take profit) dari valuasi harga yang menarik tersebut.

Dugaan Penghindaran Pajak Adaro

Seperti diketahui, dalam laporan berujudul Taxing Times for Adaro yang dirilis oleh lembaga non-profit Global Witness, pada periode 2009–2017 Adaro diduga memanfaatkan anak perusahaannya di Singapura, Coaltrade Services International untuk menghindari pajak yang lebih besar di Indonesia melalui skema transfer pricing.

(Baca: 6 Taipan Pembayar Pajak Terbesar: Arifin Panigoro hingga TP Rachmat)

Singapura dikenal memiliki tarif pajak penghasilan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia. Namun skema tersebut telah diketahui otoritas pajak sehingga Adaro pun menambah pembayaran pajak hingga US$ 33,2 juta pada 2008 lalu. Namun Coaltrade memiliki pendapatan komisi yang mencapai Rp 4 juta per tahun.

Pada 2009 dan 2017 Coaltrade bahkan memperoleh hampir US$ 55 juta per tahun dari komisi, sehingga total komisinyanya bisa mencapai US$ 490 juta yang diperoleh dari penjualan batu bara di negara yang tarif pajaknya lebih murah. Padahal antara 2009-2017 lebih dari 70% batu bara yang dijual oleh Coaltrade berasal dari anak usaha Adaro di Indonesia.

Melalui entitas anaknya tersebut di Singapura, Adaro 'menghemat' pembayaran pajaknya hingga US$ 125 juta lebih sedikit pajak daripada yang seharusnya disetorkan ke pemerintah Indonesia lantaran tarif pajak di Singapura, menurut laporan Global Witness, hanya 10,7%, jauh di bawah tarif pajak di Indonesia yang mencapai 50,8%.

Saham Adaro Berbalik Naik 0,75% Hari Ini

Ada pun, saham Adaro pada penutupan perdagangan Rabu (10/7) naik 0,75% ke level Rp 1.345 per saham. Secara teknikal, menguatnya saham Adaro memang sudah terprediksi oleh Nafan. "Akumulatif beli pada level Rp 1.320-1.340 per saham, dengan target harga secara bertahap di level Rp 1.360, Rp 1.460, dan Rp 1.560," katanya.

(Baca: Adaro Uji Coba Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Papua)

Selain itu, menguatnya harga saham Adaro hari ini, juga disebabkan oleh aksi beli setelah dalam tiga hari perdagangan terkoreksi secara berturut-turut. "Kalau terjadi pelemahan selama 3 periode, secara psikologis ada aksi beli. Investor bisa spekulatif beli, sehingga hari ini menguat," kata Nafan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...