Minimnya Persediaan Dolar Bisa Jadi Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Image title
28 Mei 2019, 07:30
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Gandaria City, Jakarta (5/3). Menurut menurut Head of Research Deutsche Verdana Securities, Heriyanto Irawan, Indonesia tidak memiliki pendanaan yang cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih dari 5%.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Gandaria City, Jakarta (5/3). Menurut menurut Head of Research Deutsche Verdana Securities, Heriyanto Irawan, Indonesia tidak memiliki pendanaan yang cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih dari 5%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir berkisar di angka 5%. Namun, Head of Research Deutsche Verdana Securities Heriyanto Irawan menilai Indonesia masih punya masalah pendanaan untuk membiayai pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Menurutnya, ketersediaan dolar Amerika Serikat (AS) di Indonesia sangat minim. Di mengatakan, jika seluruh dolar di perbankan digabungkan, maka jumlahnya hanya sekitar US$ 60 miliar atau setara Rp 863,85 triliun.

Dengan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang mencapai US$ 1.000 triliun, maka rasionya hanya 6%. Padahal sekitar 20 tahun yang lalu, rasio tersebut berada di angka 20%.

"Penting untuk memahami kenapa ekonomi kita pelan. Menurut saya, Indonesia sama sekali tidak kekurangan sumber pertumbuhan. Tapi kita masih belum sanggup mendanai pertumbuhan ini," kata Heriyanto dalam acara Independent Research & Advisory Indonesia (IRAI) di Jakarta, Senin (27/5).

Menurutnya, jika pemerintah hanya berpikir soal pertumbuhan ekonomi di satu sisi saja tanpa memikirkan pendanaan pertumbuhannya, maka bakal terjadi defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD). "Tanpa kita sadari, setiap hari kita semua lagi menguras dolar yang ada di Indonesia," kata Heriyanto.

(Baca: Gejolak Politik Mereda, Investasi Industri Diprediksi Naik Kuartal II)

Karena impor yang terus mengalami kenaikan, sedangkan ekpor menurun, membuat persediaan dolar di dalam negeri terus terkuras. Hal itu yang membuat rasio yang tadinya 20%, turun menjadi 6%.

Indonesia Terjebak Perangkap Pertumbuhan

Menurutnya, saat ini Indonesia mengalami perangkap pertumbuhan (growth trap), di mana pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan impor yang semakin tinggi. Dengan impor yang naik, maka rupiah menjadi melemah karena persediaan dolar dalam negeri terkuras. Dengan rupiah yang melemah, maka pertumbuhan ekonomi juga akan melemah.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat akan membuat impor turun. Efeknya, rupiah menjadi stabil dan membuat perekonomian tumbuh kembali, dan siklusnya berulang kembali.

"Satu hal lagi, suka-tidak suka, Indonesia semua barang yang kita konsumsi, berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan dolar," katanya.

Meski begitu, dia optimis dalam dua tahun ke depan, rasio yang tadinya 6% tersebut, mampu secara perlahan naik menjadi di kisaran 7% atau 8%. Optimisme tersebut datang dari kesadaran pemerintah saat ini untuk menambah persediaan dolar di dalam negeri.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...