IHSG Selama Pekan Lalu Selamat dari Tekanan Global, Hanya Turun 0,1%

Happy Fajrian
24 Desember 2018, 06:00
Potensi Pasar Modal
ANTARA FOTO/Agung M Rajasa

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan kemarin ditutup di level 6.163,59, atau turun 0,1% dibandingkan posisi akhir pekan sebelumnya pada level 6.169,84. IHSG sempat terkoreksi tajam pada awal pekan karena memuncaknya kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

Kekhawatiran investor didasari sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, dua perekonomian besar di dunia, yang mulai menunjukkan pelemahan. Rencana bank sentral AS, The US Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR), semakin membuat investor global was-was.

Apalagi tanda-tanda resesi di perekonomian AS sudah mulai terlihat dari kurva terbalik imbal hasil obligasi jangka panjang pemerintah AS (inverted yield curve). Secara historis, inverted yield curve menjadi indikator yang akurat dalam meramalkan datangnya resesi pada perekonomian AS.

(Baca: IHSG dan Bursa Asia Berguguran Terseret Kejatuhan Wallstreet)

Antisipasi investor global terhadap kenaikan FFR membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi tidak menarik. Sehingga aksi jual menjadi tak terelakkan pada seluruh bursa global yang membuat koreksi tajam selama dua hari berturut-turut pada awal pekan. Hanya beberapa bursa saja yang selamat dari koreksi ini di awal pekan.

Namun seluruh bursa Asia tercatat mengalami koreksi ketika The Fed menaikkan FFR pada Rabu (19/12) atau Kamis (20/12) waktu Asia. IHSG sendiri terkoreksi hingga 0,48% akibat kenaikan FFR, walau sempat sempat melesat naik hingga 1,55% sehari sebelumnya karena kinerja penguatan rupiah yang luar biasa terhadap seluruh mata uang utama dunia dan Asia.

Sementara itu, kondusivitas negosiasi perdagangan antara AS dan Tiongkok yang akan menentukan akankah perang dagang antara keduanya memanas atau terselesaikan, terus mendapat gangguan. Pidato Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam peringatan 40 tahun reformasi ekonomi Tiongkok menyampaikan pesan yang cukup tegas terhadap seteru dagangnya, AS.

(Baca: The Fed Naikkan Suku Bunga Amerika-25-Bps, Tahun 2019 Tak Lagi Agresif)

Xi mengatakan bahwa tidak ada satu pihak pun di dunia yang dapat memengaruhi laju reformasi ekonomi Tiongkok. Walaupun sebenarnya pihak Tiongkok sedikit melunak dalam negosiasi dengan AS, antara lain menyetujui untuk menambah impor produk pertanian dari AS dan menanggalkan program "Made in China 2025" yang dikritik oleh AS.

Namun kondusivitas tersebut sedikit terancam setelah Departemen Kehakiman AS menangkap dua warga negara Tiongkok atas tuduhan melakukan peretasan dan pencurian data kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi di sedikitnya 12 negara di dunia. Bahkan Departemen Kehakiman AS menuduh kedua tersangka tersebut memiliki afiliasi dengan pemerintahan Tiongkok.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...