Kinerja Emiten Batu Bara Anjlok Imbas Pandemi dan Penurunan Harga

Image title
13 Agustus 2020, 19:25
kinerja emiten batu bara, pertambangan, dampak covid, harga batu bara
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.
Foto udara tempat penumpukan sementara batu bara di Muarojambi, Jambi. Kinerja emiten batu bara menurun terpukul rendahnya permintaan akibat pandemi yang dibarengi turunnya harga batu bara.

Pandemi corona menghantam sektor pertambangan. Hampir seluruh emiten pertambangan, khususnya yang bergerak di sektor batu bara, yang telah mempublikasikan laporan keuangan semester I 2020, kinerjanya menurun.

Berdasarkan data yang dihimpun Katadata.co.id, kinerja emiten batu bara rata-rata mengalami penurunan pendapatan maupun laba bersih mulai dari 20% hingga lebih dari 50% secara tahunan atau year on year (yoy) pada semester I, bahkan ada yang merugi.

ABM Investama Tbk, misalnya membukukan kerugian bersih US$ 3,42 juta atau setara Rp 49,64 miliar. Padahal pada semester I 2019, perusahaan berkode emiten ABMM ini masih membukukan laba bersih sebesar US$ 5,23 juta.

Meski begitu, ABMM membukukan kenaikan pendapatan sebesar 1,26% menjadi US$ 290,1 juta atau Rp 4,23 triliun pada paruh pertama tahun ini dibanding dari periode yang saham tahun sebelumnya sebesar US$ 286,48 juta.

Pendapatan ABMM masih dikontribusikan dari bisnis kontraktor tambang dan tambang batu bara, yakni sebesar 78,5% dari total pendapatan atau senilai US$ 220 juta. Sedangkan, pendapatan dari segmen logistik dan sewa kapal sebesar US$ 43,75 juta, disusul oleh pendapatan dari segmen divisi site services (SSD) dan pabrikasi senilai US$ 16,52 juta.

Sementara itu, emiten tambang batu bara lainnya yakni Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 652,62 juta atau setara Rp 9,52 triliun pada semester I 2020. Jumlah ini turun 26,89% yoy dari sebesar US$ 892,70 juta pada semester I 2019.

Alhasil laba bersih perusahaan berkode emiten ITMG ini turun lebih dari 50% menjadi US$ 29,8 juta dari sebelumnya sebesar US$ 70,8 juta per Juni 2019.

Sedangkan, entitas grup Astra yakni United Tractors Tbk juga membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih, salah satunya dikarenakan lini bisnis kontraktor pertambangannya terpukul rendahnya harga batu bara. UNTR ini membukukan pendapatan bersih Rp 33,19 miliar, turun 23% yoy dari Rp 43,3 miliar.

Penurunan pendapatan ini membuat laba UNTR semester I 2020 merosot 28% yoy menjadi Rp 4,06 triliun dari Rp 5,66 triliun pada semester I 2019. Adapun United Tractors menjalankan bisnis kontraktor pertambangan melalui entitas anaknya PT Pamapersada Nusantara dan usaha batu bara melalui PT Tuah Turangga Agung.

Sebagai informasi, harga batu bara mengalami tren menurun sejak World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada pertengahan Maret lalu. Adapun harga batu bara acuan Indonesia periode Juli 2020 sebesar US$ 52,16 per ton. Angka ini turun tipis US$ 0,82 dari HBA Juni 2020 yang sebesar US$ 52,98 per ton.

Halaman:
Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...