Masalah Baru di Balik Tren Deflasi dan Ekspansi Industri Manufaktur

Rizky Alika
2 September 2020, 21:14
deflasi, daya beli, hasil produksi industri, covid-19
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Aktivitas manufaktur Indonesia kembali pada fase ekspansif, namun daya beli masyarakat yang rendah, yang tercermin dari deflasi selama dua bulan berturut, bisa membuat hasil produksi industri tak terserap pasar.

Ekonomi Indonesia mengalami deflasi selama dua bulan terakhir meskipun aktivitas manufaktur terus meningkat. Kondisi ini berpotensi membuat hasil produksi industri tak terserap karena masih lemahnya daya beli masyarakat.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho mengatakan hal ini lantaran masyarakat menahan konsumsinya seiring dengan masih terus meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air.

Advertisement

"Masyarakat mengerem konsumsi akan menyebabkan produksi tidak dapat dibeli secara maksimal di masyarakat," kata Andry kepada Katadata.co.id, Rabu (2/9). Ia memperkirakan, kondisi ini bisa berlangsung dalam waktu lama.

Konsumsi masyarakat baru akan mulai pulih setelah vaksin virus corona ditemukan. Melihat kondisi pandemi dengan virus corona yang juga menyebar di kawasan industri berpotensi membuat Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali masuk ke fase kontraktif.

Seperti diketahui PMI Manufaktur pada Agustus berada pada level 50,8 atau naik 3,9 poin dari indeks periode Juli 2020 yang berada di level 46,9. Capaian PMI manufaktur Indonesia di atas level 50,0 menandakan industri berada pada fase ekspansif.

Oleh karena itu, ia menilai sangat penting menekan jumlah kasus Covid-19 demi meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini menjadi upaya yang paling efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lantaran sumbangan konsumsi rumah tangga mencapai 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Krisis kesehatan menjadi faktor persoalan yang semakin ditinggalkan. Padahal itu kunci utama tingkatkan daya beli," ujar dia. Apalagi menurutnya pemberian bantuan langsung tunai (BLT) tak cukup untuk mendorong daya beli masyarakat yang masih enggan belanja di luar rumah.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement