Harga Nikel Terbang, Laba Bersih Vale Indonesia Melonjak Lebih 100%
PT Vale Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar US$ 67,6 juta atau setara Rp 984 miliar pada kuartal I 2022. Capaian tersebut meningkat lebih dari 100% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) sebesar US$ 33,7 juta.
Lonjakan kinerja ini salah satunya didorong oleh kenaikan harga nikel. Manajemen Vale menjelaskan bahwa harga realisasi rata-rata untuk pengiriman nikel dalam matte adalah US$ 17.432 per ton, naik 13% dari harga pada kuartal IV tahun lalu sebesar US$ 15.372 per ton.
Berkat lonjakan harga nikel, Vale mampu membukukan pendapatan sebesar US$ 235,08 juta atau naik 13,8% secara tahunan dibandingkan periode yang sama 2021 sebesar US$ 206,6 juta. Padahal, produksi pada periode tiga bulan pertama tahun ini mengalami penurunan.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy, menjelaskan produksi pada tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah karena perusahaan tengah membangun kembali tanur listrik 4. Meski demikian perusahaan berhasil meraih EBITDA, laba, dan saldo kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
”Saya senang melaporkan kinerja kuartal I 2022 yang menguntungkan. Saldo kas yang kuat ini akan memungkinkan kami untuk menjalankan rencana pertumbuhan kami saat ini dan yang akan datang,” kata Febri dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa (10/5).
Melansir laporan keuangan Vale, volume produksi nikel dalam matte pada kuartal I mencapai 13.827 metrik ton, turun 9,02% yoy dari 15.198 metrik ton. Sedangkan penjualan nikel matte mencapai 13.486 metrik ton, turun 6,87% yoy dari 14.847 metrik ton pada kuartal I 2021.
Di sepanjang tiga bulan pertama 2022, Vale membukukan EBITDA sebesar US$ 116,2 juta, dengan realisasi belanja modal mencapai US$ 42,3 juta. Sementara itu kas dan setara kas tercatat sebesar US$ 518,0 juta, naik dibandingkan posisi akhir 2021 US$ 508,3 juta.
Adapun beban pokok pendapatan Grup turun 8,1% dari US$ 154,81 juta pada kuartal I 2021 menjadi US$ 142,3 juta, sejalan dengan penurunan volume produksi pada triwulan ini. “Mengingat volatilitas di pasar, kami tetap fokus untuk mengoptimalkan kapasitas produksi kami dan meningkatkan efisiensi operasi kami,” sambung Febri.
Pada periode ini, konsumsi bahan bakar, yakni high sulfur fuel oil (HSFO), diesel dan batu bara turun sejalan dengan penurunan volume produksi akibat pelaksanaan pembangunan kembali tanur listrik 4.Namun, harga rata-rata HSFO, diesel dan batubara masing-masing meningkat sebesar 7%, 14% dan 14%.
Bahan bakar minyak dan batubara merupakan beberapa item biaya produksi terbesar Vale. Pada kuartal I volume HSFO sebanyak 221.779 barel dengan harga rata-rata HSFO US$ 73,06 per barel, diesel 14.787 kilo liter (kl) dengan harga rata-rata US$ 0,67 per liter, sedangkan batu bara 91.793 ton dengan harga rata-rata US$ 258,97 per ton.
Febri mengatakan bahwa pihaknya akan senantiasa berhati-hati mengontrol pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas, dan fokus pada berbagai inisiatif produktifitas dan penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing dalam jangka panjang.