Modal Asing Masuk Rp 3,22 T Sepekan, Rupiah Perkasa Terhadap Dolar AS
Bank Indonesia mencatat terdapat aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik sebesar Rp 3,22 triliun pada perdagangan sepekan terakhir.
Kembalinya modal asing ke pasar keuangan domestik juga diikuti kinerja positif rupiah yang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan parkir di level Rp 14.567 per dolar pada penutupan perdagangan Jumat (27/5).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono merincikan, selama perdagangan 23-25 Mei, terdapat non residen beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,98 triliun dan beli neto di pasar saham Rp 240 miliar.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 Mei 2022 (ytd), non residen jual neto Rp 102,15 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 62,66 triliun di pasar saham," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/5).
Persepsi risiko investasi menurun, tercermin dari premi credit default swap (CDS) lima tahun yang turun dari 126 bps pada 20 Mei menjadi 102,9 per 26 Mei 2022. Sementra, imbal hasil alias yield SBN tenor 10 tahun turun ke level 7,15% menyusul penurunan US Treasury 10 tahun ke level 2,75%.
Kembali masuknya modal asing terutama di pasar obligasi turut membantu penguatan rupiah. Nilai tukar ditutup di level Rp 14.567 per dolar AS pada Jumat (27/5). Kurs garuda menguat 75 poin dari penutupan pekan lalu seiring mulai meredanya sentimen pengetatan moneter di Amerika.
"Dolar akan fluktuatif, pasti menguat atau melemah, tapi untuk minggu ini dolar terus melemah karena pasar condong apatis terhadap spekulasi kenaikan suku bunga yang terus didengungkan oleh bank sentral negara bagian," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada Katadata.co.id, Jumat (27/5).
Seperti diketahui, The Fed menggelar pertemuan pembuat kebijakan bulanan pada 4 Mei lalu dan memutuskan kenaikan bunga acuan 50 bps. Dengan demikian bunga acuan The Fed sudah mencapai 1% setelah sebelumnya juga sudah menaikkan 25 bps pada pertemuan Maret.
Usai pengumuman tersebut, pergerakkan rupiah cenderung negatif dan sempat mencapai Rp 14.719 pada penutupan perdagangan 19 Mei. Namun, tanda-tanda rebound mulai terlihat sejak awal pekan ini.
Rupiah bahkan masih berhasil menguat sekalipun pada pekan ini terdapat rilis risalah rapat The Fed yang menunjukkan rencana The Fed kembali menaikkan bunga 50 bps di pertemuan bulan depan.
Penguatan rupiah pekan ini juga karena pasar mulai beralih dan fokus pada sentimen dalam negeri yang cenderung positif. Salah satu pendorongnya karena realisasi inflasi domestik yang relatif masih rendah dibandingkan beberapa negara lain yang sudah melambung, contohnya di Amerika dan negara-negara Eropa.
"Meski gonjang-ganjing kenaikan suku bunga global, BI masih mempertahankan suku bunganya karena melihat fundamental ekonomi domestik yang masih cukup bagus," kata Ibrahim.
Pekan ini BI mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga di level 3,5%. Meksi begitu, bank sentral mempercepat kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menyerap likuiditas di perbankan yang masih melimpah.