Rupiah Melemah ke 14.919 per Dolar AS Imbas Kenaikan Harga BBM

Abdul Azis Said
5 September 2022, 09:38
nilai tukar, rupiah, harga bbm, dolar as
ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Petugas menghitung uang dolar AS dan uang Rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis tujuh poin ke level Rp 14.889 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Senin (5/9). Namun kenaikan harga BBM yang diumumkan pemerintah akhir pekan kemarin bakal menekan rupiah di samping juga sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang masih bertahan.

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah ke arah Rp 14.919 pada pukul 09.20 WIB. Ini bakal lebih lemah dari penutupan akhir pekan lalu di Rp 14.896 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang terkoreksi 0,06%, bersama dolar Taiwan dan rupee India 0,31%, won Korea Selatan 0,53%, peso Filipina 0,28%, yuan Cina 0,38%, ringgit Malaysia 0,05% dan baht Thailand 0,35% serta dolar Singapura 0,15%. Sedangkan dolar Hong Kong menguat tipis 0,01%.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah kembali tertekan pada awal pekan ini terimbas kenaikan harga BBM. Rupiah diperkirakan melemah ke arah Rp 14.950-14.980 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke Rp 14.900.

Presiden Jokowi resmi mengumumkan kenaikan harga BBM pada Sabtu (3/8). Harga pertalite dikerek menjadi Rp 10.000, solar menjadi Rp 6.800 dan Pertamax menjadi Rp 14.500.

Ariston menyebut kenaikan harga BBM akan mengerek ekspektasi inflasi dan menekan daya beli masyarakat. Lebih lanjut, kenaikan ini akan menekan laju pertumbuhan ekonomi domestik.

"Ini bisa menjadi pemberat rupiah pekan ini. Ekspektasi kenaikan inflasi yang bisa menekan pertumbuhan dalam negeri karena kenaikan BBM subsidi ini bakal memberi tekanan ke rupiah," kata Ariston dalam risetnya, Senin (5/9).

Senada, analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan kenaikan harga ini bakal menekan rupiah. Kekhawatiran pasar meningkat, dengan kenaikan harga maka inflasi akan makin tinggi yang kemudian memberi tekanan bagi bank sentral untuk memperketat kebijakan suku bunga.

Kebijakan moneter yang semakin ketat akan menekan perekonomian. "Kenaikan pada harga Pertalite juga akan memberikan sentimen negatif pada rupiah," kata Ariston.

Di samping itu, rupiah hari ini juga akan tertekan oleh sentimen eksternal. Indeks dolar AS kembali menguat dan mencapai rekor tertingginya dalam 20 tahun.

Sentimen pengetatan moneter oleh The Fed uga masih bertahan di pasar. Hal ini juga yang membuat indeks dolar masih perkasa terhadap mata uang lainnya. Pasra masih berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga 75 bps pada pertemuan 20-21 September.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...